Tabib untuk Orang Sakit

Sabtu, 13 Januari 2018 – Hari Biasa Pekan I

231

Markus 2:13-17

Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

***

Dalam kisah sebelumnya (Mrk. 2:1-12), Yesus memaklumkan wewenang-Nya untuk mengampuni dosa. Berhubungan dengan itu, sekarang Ia menyatakan bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk memanggil orang berdosa agar mereka mendapat pengampunan.

Hal tersebut antara lain dialami oleh Lewi, seorang pemungut cukai. Ketika Lewi sedang melakukan pekerjaannya sehari-hari, Yesus melihatnya dan memanggil dirinya. Panggilan itu menggugah hati Lewi. Ia pun meninggalkan jalan hidupnya yang lama, beralih pada jalan hidup yang baru.

Menanggapi langkah Yesus, kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat kembali menunjukkan sikap tidak setuju. Pemungut cukai adalah orang berdosa, jauhilah mereka. Jangan pula makan bersama mereka, sebab itu memalukan, menjijikkan, dan membuat diri sendiri menjadi najis!

Namun, seorang tabib pasti akan mendatangi orang sakit. Begitulah Yesus mengibaratkan tugas perutusan-Nya. Ia memang sengaja mendekati orang-orang berdosa, bukan untuk mendukung perbuatan mereka yang keliru, melainkan untuk mengajak mereka kembali ke jalan yang benar.

Ini sungguh kabar baik bagi kita, karena sesungguhnya kita semua adalah insan yang penuh dosa. Bapa telah menghadirkan Yesus bagi kita. Terserah kepada kita apakah akan menanggapinya secara positif seperti Lewi, atau kita memilih seperti kaum Farisi, tampil suci di hadapan publik, padahal hatinya hitam legam, penuh dosa dan kejahatan.