Spiritualitas Ziarah Menurut Perjanjian Lama (3)

254

Amat Dekat

Sebaliknya, banyak juga kisah dalam Perjanjian Lama yang mengajarkan bahwa Allah berkenan turun ke dalam kehidupan dunia dan bergaul akrab dengan manusia. Dengan cara yang amat menarik, kisah-kisah itu mengungkapkan bahwa Allah menghendaki hubungan yang erat dengan manusia. Tampak di dalamnya betapa dekatnya Allah dengan manusia. Allah benar-benar berada di tengah-tengah manusia ciptaan-Nya, menjadi teman hidup mereka, dan berbicara kepada mereka.

Kisah manusia di Taman Eden membentangkan bagaimana Tuhan berjalan-jalan di kebun dalam kesejukan sore hari dan bergaul dengan manusia. Dosa manusialah yang kemudian membuat mereka takut berhadapan dengan kehadiran Allah karena pada mulanya tidak demikian (Kej. 2:8). Jatuhnya manusia pertama ke dalam dosa tidak berarti bahwa Allah menutup diri dan tidak mau lagi bergaul dengan manusia. Henokh hidup dalam suasana persahabatan dengan Allah (Kej. 5:22-24). Demikian pula Abraham, mengingat kepercayaannya, pantas dimaksudkan ke dalam bilangan sahabat Allah. Allah mengunjungi Abraham dalam suasana kekeluargaan dan Abraham menyambut kedatangan-Nya sebagai tamu kehormatan. Ia memberitahukan kepada Abraham rencana-Nya menghukum Sodom dan Gomora (Kej. 18).

Kitab Keluaran menceritakan bagaimana Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya (Kel. 33:11). Musa diperbolehkan merasakan pengalaman dengan Allah yang sungguh istimewa, sekalipun tidak melihat wajah Allah atau langsung memandang wujud Allah dan hanya melihat punggung-Nya (Kel 33: 21-23).

Kedekatan Allah dengan manusia dalam Perjanjian Lama tampak juga dalam penggambaran Allah sebagai seorang bapa (bdk. Kel. 4:22) dan sebagai seorang ibu yang penuh kasih terhadap anaknya (Yes. 49:15). Gambaran lain yang mengungkapkan kedekatan Allah dengan manusia adalah gambaran tentang gembala yang baik. Tuhan memelihara Israel seperti seorang gembala memelihara kawanannya (Yes. 40:11).

(Bersambung)