Hanya Orang Susah yang Bisa Mengalami Pertolongan

Minggu, 4 Februari 2018 – Hari Minggu Biasa V

245

Ayub 7:1-4, 6-7

“Bukankah manusia harus bergumul di bumi, dan hari-harinya seperti hari-hari orang upahan? Seperti kepada seorang budak yang merindukan naungan, seperti kepada orang upahan yang menanti-nantikan upahnya, demikianlah dibagikan kepadaku bulan-bulan yang sia-sia, dan ditentukan kepadaku malam-malam penuh kesusahan. Bila aku pergi tidur, maka pikirku: Bilakah aku akan bangun? Tetapi malam merentang panjang, dan aku dicekam oleh gelisah sampai dini hari.”

“Hari-hariku berlalu lebih cepat dari pada torak, dan berakhir tanpa harapan. Ingatlah, bahwa hidupku hanya hembusan nafas; mataku tidak akan lagi melihat yang baik.”

***

Ulasan

Ayub mengalami penderitaan yang berat, dan ia tidak mengetahui mengapa penderitaan itu menimpanya. Ia kehilangan semua ternaknya karena diserang dan dirampas oleh para perampok. Anak-anaknya ditimpa atap rumah tempat mereka berpesta. Sekalipun mengalami nasib seperti itu, Ayub tetap percaya kepada Allah.

Namun, penderitaan Ayub belum selesai. Setelah kehilangan harta benda dan anak-anaknya, Ayub ditimpa penyakit kulit di sekujur tubuhnya. Kulit tubuhnya terasa begitu gatal, sehingga Ayub menggaruknya dengan beling. Walaupun ditimpa penderitaan berat seperti ini, Ayub tetap tidak mengeluh dan tidak menyalahkan Allah. Ia menerima semua penderitaan itu.

Dalam perjalanan waktu, ketika penderitaan itu tak kunjung berhenti, Ayub mengeluh. Ia ingin mati karena memandang kematian lebih indah daripada kehidupan yang dijalaninya. Ia menyesali hari kelahirannya dan, seandainya bisa, memilih untuk mati pada waktu keluar dari kandungan. Ia pun melihat anak-anak yang mati sebelum lahir lebih beruntung dari dia karena tidak perlu menderita seperti dirinya.

Dalam suasana derita seperti, Ayub melihat kehidupan manusia di dunia ini yang diwarnai dengan penderitaan. Manusia harus bekerja keras sepanjang hari, setiap hari, seperti orang-orang upahan. Ia pun menggambarkan bahwa dirinya seperti budak yang merindukan naungan karena sepanjang waktu harus bekerja di bawah terik matahari, juga seperti orang upahan yang telah bekerja keras lalu menantikan upah yang akan diberikan kepadanya. Mengapa demikian? Ayub harus mengalami penderitaan yang panjang. Setiap hari ia harus mengalami penderitaan berat yang entah kapan akan berakhir.

Penderitaan itu terasa sangat berat pada malam hari, sebagaimana orang sakit yang merasa sangat menderita pada malam hari. Pada malam hari Ayub sangat menderita dan ingin supaya malam segera berakhir. Dengan berakhirnya malam, berakhir pulalah penderitaannya. Namun, malam justru terasa sangat panjang dan ia dicekam oleh kegelisahan sampai dini hari.

Pesan

Kehidupan manusia di dunia ini tidak lepas dari penderitaan. Selama masih hidup di dunia, manusia masih menghadapi kemungkinan untuk menderita dalam bentuk penyakit, kehilangan, kegagalan, dan sebagainya. Ketika sedang menanggung penderitaan, manusia ingin segera terbebas darinya, tetapi keinginan itu tidak selalu dapat terwujud.

Namun, perlu disadari bahwa hanya orang-orang yang bersedih yang bisa mengalami penghiburan; hanya orang sakit yang bisa mengalami penyembuhan; dan hanya orang susah yang bisa mengalami pertolongan. Orang beriman percaya bahwa pada kesempatan-kesempatan yang terasa berat dan sulit seperti itu, Tuhan akan datang untuk memberikan pertolongan.