Kebesaran Allah

Selasa, 6 Februari 2018 – Peringatan Wajib Santo Paulus Miki dan Kawan-kawan

203

1 Raja-raja 8:22-23, 27-30

Kemudian berdirilah Salomo di depan mezbah TUHAN di hadapan segenap jemaah Israel, ditadahkannyalah tangannya ke langit, lalu berkata: “Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah; Engkau yang memelihara perjanjian dan kasih setia kepada hamba-hamba-Mu yang dengan segenap hatinya hidup di hadapan-Mu.”

“Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini. Maka berpalinglah kepada doa dan permohonan hamba-Mu ini, ya TUHAN Allahku, dengarkanlah seruan dan doa yang hamba-Mu panjatkan di hadapan-Mu pada hari ini! Kiranya mata-Mu terbuka terhadap rumah ini, siang dan malam, terhadap tempat yang Kaukatakan: nama-Ku akan tinggal di sana; dengarkanlah doa yang hamba-Mu panjatkan di tempat ini. Dan dengarkanlah permohonan hamba-Mu dan umat-Mu Israel yang mereka panjatkan di tempat ini; bahwa Engkau juga yang mendengarnya di tempat kediaman-Mu di sorga; dan apabila Engkau mendengarnya, maka Engkau akan mengampuni.”

***

Ulasan

Setelah Tabut Perjanjian ditempatkan dalam Ruang Mahakudus, Salomo berdiri di depan mezbah, di hadapan segenap umat Israel. Sambil menadahkan tangannya ke langit, Salomo menyampaikan doa kepada Allah. Pertama-tama, ia memuji Allah yang setia pada perjanjian-Nya.

Satu hal berkaitan dengan janji Allah ini adalah janji yang pernah disampaikan-Nya kepada Daud. Ia telah berjanji kepada Daud bahwa keturunannya akan terus menjadi raja asalkan mereka setia kepada Tuhan seperti Daud. Tuhan juga pernah berjanji kepada Daud bahwa anak kandungnya nanti akan mendirikan rumah untuk Dia (1Raj. 8:19). Salomo melihat dengan jelas bagaimana Tuhan telah memenuhi janji itu. Tuhan telah mengangkat Salomo menjadi raja menggantikan Daud. Salomo pun telah mendirikan rumah bagi Tuhan, seperti yang telah diucapkan oleh Tuhan sendiri.

Namun, kemudian Salomo mengungkapkan, “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi?” Bagaimana mungkin Allah yang menciptakan langit dan bumi bisa tinggal di dalam sebuah rumah? Bagaimana mungkin Allah yang Mahabesar tinggal dalam sebuah bangunan? Kebesaran Allah melampaui seluruh alam semesta sehingga segala langit tidak dapat memuat Dia.

Salomo menyadari betapa kecilnya Bait Allah yang didirikannya itu di hadapan keagungan Allah. Tuhan memang pernah menyatakan kepada Daud bahwa Ia tidak memerlukan rumah untuk tinggal. Karena itu, Ia hanya akan menaruh nama-Nya di dalam rumah yang didirikan oleh Salomo. Karena nama Tuhan tinggal di rumah itu, orang Israel dapat pergi ke sana untuk memanggil nama-Nya dan mengajukan permohonan. Salomo memohon agar dari tempat kediaman-Nya di surga, Allah berkenan untuk mengarahkan pandangan-Nya ke arah rumah didirikannya itu. Dari tempat kediaman-Nya itulah Tuhan akan mendengarkan doa-doa permohonan yang dipanjatkan oleh umat-Nya.

Pesan

Allah yang Mahaagung adalah pencipta alam semesta dan mengatasi segala ciptaan. Namun, Ia berkenan hadir dalam dunia manusia. Orang beriman mengakui betapa kecilnya manusia di hadapan Sang Pencipta. Kesadaran ini membuat orang beriman menyadari kebergantungannya kepada Allah, sehingga mereka haruslah rendah hati. Hal ini kemudian membuat orang beriman datang kepada Allah untuk memohon hal-hal yang mereka perlukan untuk menjalani kehidupan di dunia ini.