Spiritualitas Ziarah Menurut Perjanjian Lama (5)

187

Tempat-tempat suci

Waktu orang Israel memasuki Tanah Kanaan, mereka tidak hanya merebut tanahnya, tetapi juga merebut  kuil-kuil kuno untuk ibadat kepada El.[1] Orang Israel mengambil alih kuil-kuil yang merupakan tempat ibadat penduduk asli Kanaan ini dan mempergunakannya sebagai tempat ibadat mereka sendiri.

Tempat-tempat suci ini penting bagi orang Israel bukan karena mereka merebutnya dari orang Kanaan, melainkan karena kenangan akan peristiwa yang penting bagi iman mereka yang pernah terjadi di tempat itu. Di Sikhem, Abraham (Kej. 12:6 dst.) dan juga Yakub (Kej. 33:18-20) mendirikan mezbah. Di tempat ini pula para tua-tua Israel pada zaman Yosua mengucapkan janji untuk selalu setia kepada Tuhan dan menolak dewa-dewi Kanaan (Yos. 24). Asal mula tempat suci Betel dikaitkan dengan Yakub (Kej. 28; bahkan dengan Abraham, bdk. Kej. 12:8). Dalam kisah Yakub, diceritakan bagaimana Yakub, nenek moyang mereka sendiri, telah mengalami bahwa tempat itu adalah tempat suci. Dengan demikian, sudah selayaknya bahwa keturunan Yakub menyembah Allah di tempat itu. Di Hebron, Daud diurapi menjadi raja (2Sam. 2:4; 5:3). Di tempat ini pula Abraham mendirikan mezbah bagi Allah (Kej. 13:18; bdk. 18:1).

Selain itu, orang Israel juga mendirikan tempat-tempat ibadat sendiri. Tempat-tempat ini didirikan ketika mereka membuka suatu wilayah dan membangun permukiman. Misalnya kuil di Gilgal. Kuil yang didirikan suku Benyamin ini menjadi pusat keagamaan pada zaman Saul (1Sam. 11:15) dan pada zaman Daud (2Sam. 19:15). Kuil ini masih tetap memegang peran penting sampai zaman Nabi Amos (Am. 4:4; 9:15; 2Raj. 2:1; 4:38). Letaknya sekitar 10 km sebelah timur laut Yerikho. Tempat suci ini didirikan oleh suku-suku Israel yang telah meninggalkan Mesir dan masuk wilayah Kanaan, seperti yang dikisahkan dalam Yos. 4:19 dst. Kritik para nabi (Am. 4:4; Hos. 9:15) memberi kesan bahwa kuil Gilgal sangat dipengaruhi oleh tradisi Kanaan. Orang Israel juga mendirikan tempat-tempat ibadat baru di atas puing-puing Kota Kanaan, seperti di Silo dan mungkin juga di Nob. Beberapa waktu lamanya Silo dipakai untuk menyimpan tabut. Tempat suci ini hancur dalam pertikaian antara Israel melawan Filistin (bdk. Yer. 7:12; 26:6; bdk. 1Sam. 1 – 7).

Sebelum Daud memindahkan tabut ke Yerusalem, tempat-tempat ibadat itu masih dipergunakan. Belum ada hukum yang memusatkan ibadat di suatu tempat atau kuil.[2] Yerusalem menjadi tempat penting dalam kehidupan agama Israel karena di tempat ini tabut diberi tempat dan peranan yang penting. Pemindahan Tabut Perjanjian ke Yerusalem (2Sam. 6) merupakan hal penting dalam kehidupan agama Israel. Pemindahan ini merupakan wujud pengakuan bahwa Tuhan adalah Allah satu-satunya di kerajaan Israel yang didirikan Daud.

(Bersambung)

 

[1] El atau Elohim pada mulanya adalah nama umum yang dipakai oleh banyak bangsa di Timur Tengah untuk menyebut ilah/dewa mereka. El Shaddai (= Allah yang Mahakuasa, Kej. 17:1; Kel. 6:2), El Elyon (Allah Mahatinggi, Mzm. 46:5; 47:3) aslinya adalah gelar dewa-kepala bangsa Kanaan. Orang Israel di kemudian hari mengambil alih nama-nama itu untuk menyebut nama Allah mereka sendiri.

[2] Bdk. yang dilakukan oleh Samuel 1Sam. 7:9; 7:16-17; 10:8; 13:9.