Spiritualitas Ziarah Menurut Perjanjian Lama (6)

166

Bait Allah

Pembangunan Bait Allah sebenarnya sudah direncanakan oleh Daud. Daud yang telah berkuasa atas seluruh Israel merasa prihatin karena Tuhan – yang telah membuatnya besar dan mulia, serta mengantarnya ke dalam istana yang megah – justru tinggal di bawah tenda. Maksudnya, Tabut Perjanjian sebagai tanda kehadiran Tuhan disimpan di dalam tenda, tempat yang sederhana, padahal Daud diam di dalam istana yang megah. Namun, Tuhan tidak menyetujui rencana Daud itu karena Ia tidak memerlukan rumah.

Salomolah yang kemudian mewujudkan rencana Daud. Ia mendatangkan ahli-ahli bangunan dari luar negeri untuk membangun tempat ibadat yang direncanakannya itu. Bait Allah sebenarnya merupakan suatu kompleks bangunan. Ada lapangan luas yang dikelilingi pagar tembok. Di bagian utara lapangan ini berdirilah bangunan Bait Allah yang sebenarnya. Sekalipun menjadi kebanggaan Israel dan dipuji-puji keindahannya, Bait Allah sebenarnya bukan bangunan yang besar: panjangnya 27,4 m, lebarnya 9,4 m, dan tingginya 13,5 m.

Di depan bangunan ini berdiri sebuah mezbah, tempat binatang-binatang kurban dibakar. Bangunan itu sendiri dibagi menjadi tiga, yakni (1) tempat masuk, berupa semacam serambi beratap dan tertutup; (2) ruangan yang kudus, sebuah ruangan dengan jendela-jendela dan menjadi tempat para imam menyelenggarakan ibadat tertentu, khususnya mempersembahkan kurban ukupan; (3) ruangan mahakudus, berupa ruangan tanpa jendela sehingga gelap sama sekali, tempat Tabut Perjanjian diletakkan.

Masuknya Tabut Perjanjian menunjukkan bagaimana Tuhan masuk ke dalam rumah kediaman-Nya yang baru dan berdiam di sana. Kehadiran Tuhan di Bait Allah menjadi pusat dan pokok ibadat Israel. Berkat kehadiran-Nya ini Israel menjadi bangsa terhormat dan terpilih di antara bangsa-bangsa yang lain (Kel. 33:15). Dari dalam bait-Nya, Tuhan melindungi umat yang dipilih-Nya.

Bait Allah yang didirikan Salomo bertahan selama 400 tahun sebelum akhirnya dihancurkan oleh tentara Babel (586 SM). Sekembalinya dari pembuangan di Babel, umat Israel membangun kembali Bait Allah di tempat yang sama (selesai tahun 515 SM). Tahun 20 SM – 70 M Herodes Agung membangun Bait Allah yang baru menurut pola dasar Bait Allah yang lama. Dalam Bait Allah yang dibangun sesudah pembuangan dan yang dibangun oleh Herodes tidak lagi diletakkan Tabut Perjanjian karena tabut itu rupanya hilang waktu tentara Babel menghancurkan Bait Allah Salomo. Bait Allah Herodes dihancurkan oleh tentara Roma pada tahun 70 M dan sesudah itu tidak pernah dibangun kembali.

(Bersambung)