Memohon atau Mencobai?

Senin, 12 Februari 2018 – Hari Biasa Pekan VI

212

Markus 8:11-13

Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari surga. Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.

***

Langit tampak gelap. Awan hitam yang menggantung di atas sana memaksa saya berjalan cepat-cepat. Gawat, tempat yang saya tuju masih agak jauh. Dengan cemas, saya berdoa kepada Tuhan, “Kalau Engkau mahakuasa, ya Tuhan, tundalah turunnya hujan barang sepuluh menit.”

Namun, rintik hujan malah mulai turun. Kembali saya memanjatkan permohonan, siapa tahu doa yang tadi belum didengar Tuhan. “Tunjukkan kuasa-Mu, ya Tuhan, turunkan hujan sepuluh menit lagi. Jangan sekarang!” Tiba-tiba saja hujan turun dengan derasnya laksana dituang dari langit. Saya jadi basah kuyup dan menggerutu, “Ah Tuhan, memohon kepada-Mu kadang-kadang percuma saja.”

Orang Farisi dalam Injil hari ini mestinya juga kesal karena keinginan mereka diabaikan Yesus. Kepada Yesus, mereka meminta tanda dari surga sebagai bukti bahwa Dia itu sungguh utusan Allah. Permintaan ini terbilang wajar, sebab karya seorang nabi biasanya memang disertai tanda-tanda ilahi (bdk. 2Raj. 20:8-9). Lebih-lebih pada masa itu nabi-nabi palsu banyak berkeliaran, sehingga orang mesti waspada agar tidak disesatkan  (bdk. Mrk. 13:22). Masalahnya, orang Farisi sebenarnya lebih berniat mencobai Yesus. Diberi tanda apa pun mereka tetap tidak akan percaya kepada-Nya. Lagi pula Yesus sebenarnya sudah memberi banyak tanda, yakni dengan mukjizat-mukjizat-Nya yang menakjubkan. Kurang apa lagi?

Beda antara memohon dan mencobai ternyata sangat tipis. Hendaknya ini kita ingat ketika kita hendak memanjatkan doa kepada Tuhan. Jangan sampai kalimat-kalimat indah dalam doa kita ternyata berisi “paksaan-paksaan halus” agar Ia menuruti kemauan kita. Ciri doa permohonan yang sejati adalah membiarkan kehendak Tuhan ada di atas segalanya. Meskipun kita punya banyak kehendak, kemauan, dan keinginan, kita mesti yakin bahwa bagaimanapun kehendak Tuhanlah yang terbaik.