Menolak Yesus Berarti Menolak Bapa

Kamis, 15 Maret 2018 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

697

Yohanes 5:31-47

“Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.

Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”

***

Bacaan Injil hari ini meneruskan pembelaan Yesus terhadap tuduhan melakukan hujatan dan pelanggaran hukum Sabat. Di sini pembelaan-Nya berfokus pada dua hal. Pertama, apa yang dikatakan-Nya diperkuat oleh saksi-saksi lain. Menurut hukum Taurat, sebuah perkara besar harus menghadirkan sekurang-kurangnya dua orang saksi (Bil. 35:30; Ul. 17:6). Kehadiran saksi-saksi memang perlu karena di sini orang Yahudi tidak mempercayai Yesus.

Dalam konteks ketidakpercayaan orang Yahudi terhadap kata-kata-Nya, Yesus menunjukkan kesaksian Yohanes Pembaptis, pekerjaan-pekerjaan yang diserahkan Bapa, juga kesaksian Allah yang tak kelihatan. Yohanes telah bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:19, 35) dan Anak Allah (Yoh. 1:34). Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan-Nya dalam bentuk tanda-tanda memberikan kesaksian bahwa diri-Nya diutus oleh Bapa. Yesus tidak mampu melakukan tanda-tanda itu kalau Ia tidak diberi kuasa oleh Allah. Saksi Yesus yang utama adalah Bapa-Nya, tetapi mereka tidak pernah mendengar atau melihat rupa-Nya (bdk. Yoh. 1:18) dan mereka tidak mengakui bahwa Yesus sendiri adalah suara dan firman Allah.

Kedua, ketidakpercayaan orang Yahudi. Bagi Yesus, ketidakpercayaan dan penolakan orang Yahudi dilihat sebagai dampak dari sikap dan tindakan mereka yang tidak mengasihi Allah. Hal inilah yang menuntun mereka untuk tidak percaya dan menolak orang yang diutus atas nama Allah, dan mudah menerima orang yang datang dalam nama mereka sendiri. Ketidakpercayaan dan penolakan mereka terhadap diri-Nya sama artinya dengan tidak percaya dan menolak Bapa yang mengutus-Nya. Sebab, otoritas Yesus berasal dari Bapa yang mengutus-Nya. Yesus adalah suara dan rupa Allah, tetapi orang Yahudi tidak mendengar atau melihat-Nya dengan cara demikian. Yesus memang bukan Bapa, tetapi Dia adalah seorang yang diutus oleh Bapa. Ia mengatakan kisah Allah dalam dan melalui kisah-Nya.

Melalui dua pembelaan Yesus di atas, kita disadarkan bahwa apa yang dikatakan dan diperbuat Yesus sungguh-sungguh mencerminkan kata-kata dan tindakan Allah sendiri. Yesus benar-benar suara dan rupa Allah yang harus dipercayai. Penolakan dan ketidakpercayaan kepada Yesus yang diutus atas nama Allah sama dengan penolakan dan ketidakpercayaan kepada Allah.