Ingin Bertemu Yesus

Minggu, 18 Maret 2018 – Hari Minggu Prapaskah V

542

Yohanes 12:20-33

Di antara mereka yang berangkat untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. Orang-orang itu pergi kepada Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya: “Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus.” Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. Barangsiapa melayani Aku, ia harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa. Sekarang jiwa-Ku terharu dan apakah yang akan Kukatakan? Bapa, selamatkanlah Aku dari saat ini? Tidak, sebab untuk itulah Aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Maka terdengarlah suara dari sorga: “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!” Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu bunyi guntur. Ada pula yang berkata: “Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.” Jawab Yesus: “Suara itu telah terdengar bukan oleh karena Aku, melainkan oleh karena kamu. Sekarang berlangsung penghakiman atas dunia ini: sekarang juga penguasa dunia ini akan dilemparkan ke luar; dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.” Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana caranya Ia akan mati.

***

Hari Raya Paskah sudah dekat. Yerusalem saat itu dipadati orang dari berbagai penjuru dunia yang ingin berziarah di Bait Allah. Tidak ketinggalan di situ hadir juga orang-orang asing yang menganut agama Yahudi. Di antara mereka tersebutlah sejumlah orang Yunani yang tiba-tiba saja punya niat bertemu dengan Yesus. Untuk itu, orang-orang Yunani tersebut minta bantuan dua murid Yesus, yakni Filipus dan Andreas.

Orang-orang Yunani tersebut dipandang sebagai wakil bangsa-bangsa asing yang kelak, melalui pewartaan para rasul, akan menjadi murid-murid Kristus. Kehadiran mereka membuat Yesus menarik kesimpulan yang di luar dugaan. Ia merasa itulah tanda bahwa “telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Saat untuk mengalami kesengsaraan, kematian, dan kebangkitan juga telah tiba, sebab itulah jalan yang mesti ditempuh-Nya untuk mencapai kemuliaan.

Mengapa jalan menuju kemuliaan ternyata begitu berat? Sebuah perumpamaan dikisahkan oleh Yesus, tentang biji gandum yang harus mati dan jatuh ke tanah untuk menghasilkan banyak buah. Begitulah makna kematian-Nya. Orang mengira kematian adalah akhir segalanya? Keliru. Kematian Yesus justru menjadi awal tersebarnya Kabar Baik ke seluruh penjuru dunia. Tanda-tandanya sudah dilihat Yesus dalam diri orang-orang Yunani yang berniat menemui-Nya itu. Perihal para murid, seturut teladan sang Guru, mereka juga pada saatnya mesti rela menyerahkan nyawa. Yesus bahkan menghendaki murid-murid-Nya agar “tidak mencintai” nyawa mereka. Artinya, mereka hendaknya tidak takut kehilangan nyawa demi sesuatu yang jauh lebih berharga, yakni kehidupan kekal.

Bertemu muka dengan Yesus adalah kerinduan banyak orang, dulu maupun sekarang. Pada masa Yesus sendiri, masyarakat luas mengagumi karya-karya besar yang dikerjakan-Nya. Jadi, ke mana pun Ia pergi, banyak orang menyertai, atau mungkin lebih tepat dikatakan membuntuti-Nya. Di samping ada yang serius mendengarkan ajaran-ajaran Yesus, sebagian besar memang tampak hanya tertarik menyaksikan mukjizat-mukjizat yang dibuat-Nya, sambil berharap agar turut mengalaminya.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau serius menjadi murid Yesus, ataukah kita sekadar bermaksud menjadi penonton saja? Kalau serius mau menjadi murid Yesus, dengan satu dan lain cara kita mesti turut ambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Sebab, pada saatnya, giliran kitalah yang harus menghasilkan buah.

Sayang, banyak orang tampaknya lebih suka menjadi “murid-murid pasif.” Mereka rindu menerima rahmat Tuhan, tetapi enggan memberikan diri kepada-Nya. Orang-orang ini bersedia datang jauh-jauh untuk melihat penampakan Yesus. Kalau ada berita tentang mukjizat yang luar biasa, dengan mereka akan memburunya. Sebenarnya mereka bukan ingin bertemu Yesus, mereka ini hanya ingin menonton Yesus.