Sabda-Mu, Ya Tuhan, adalah Roh dan Kehidupan

Selasa, 20 Maret 2018 – Hari Biasa Pekan V Prapaskah

647

Yohanes 8:21-30

Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: “Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.” Maka kata mereka kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: “Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”

Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.

***

Untuk memahami sabda-sabda Yesus diperlukan kepekaan dan keterbukaan hati, sebab Yesus sering kali bersabda dengan menggunakan bahasa kiasan dan perumpamaan. Bacaan Injil hari ini menunjukkan hal itu. Kepada orang banyak Yesus bersabda, “Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang,” juga, “Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas,” serta, “Aku bukan dari dunia ini.” Karena tidak memiliki kepekaan dan keterbukaan hati, orang Yahudi menjadi salah mengerti. “Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?”

Waktu kecil, kita sering dinasihati oleh orang tua kita dengan ungkapan-ungkapan yang kalau kita renungkan lagi terasa agak membingungkan. Misalnya saja, “Jangan menduduki buah kelapa karena itu sama saja menduduki kepala orang tua.” Apa hubungannya buah kelapa dan kepala orang tua? Setelah direnung-renungkan barulah kita paham, itu hanyalah salah satu cara untuk menasihati kita agar duduk pada tempatnya. Buah kelapa itu bulat. Duduk di atasnya bisa membuat kita tergelincir dan jatuh. Lagi pula kelapa adalah makanan, sehingga tidak pantas rasanya kalau diduduki.

Ada banyak nasihat dari orang tua kita yang untuk memahaminya menuntut kita berpikir keras. Dua hal yang sudah dikemukakan di tas bisa dilihat sebagai kunci, yakni kepekaan dan keterbukaan hati. Satu hal lagi bisa ditambahkan, yakni sikap percaya. Waktu kecil, kita mempercayakan diri sepenuhnya kepada bimbingan dan nasihat orang tua, meskipun kadang-kadang kita bingung, tidak mengerti, dan menggerutu kalau yang dinasihatkan tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Hal yang sama berlaku untuk sabda-sabda Yesus. Mari kita bersikap peka serta bersedia membuka hati kita agar sabda-sabda itu bisa kita pahami. Selain itu, mari kita juga memohon pertolongan Roh Kudus agar kita dapat percaya dan mengikuti sabda-sabda-Nya itu yang adalah sumber kehidupan kita.