Peluang Selalu Terbuka

Senin, 26 Maret 2018 – Hari Senin dalam Pekan Suci

215

Yohanes 12:1-11

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

***

Dalam kesempatan sekecil apa pun terdapat peluang, sebab kesempatan selalu menyediakan ruang, dan ruang membuka peluang. Melepaskan kesempatan berarti membuang peluang. Begitu peluang terlewatkan, muncullah penyesalan, padahal penyesalan tidak akan mengembalikan peluang yang telah terlewatkan.

Setelah dibangkitkan oleh Yesus, Lazarus menggunakan kesempatan yang ada untuk memberi kesaksian. Banyak orang lalu percaya dan mengikuti Yesus. Karena itulah para imam kepala bersekongkol untuk membunuh Lazarus.

Marta menggunakan kesempatan yang ada untuk melayani Yesus. Maria lebih heroik lagi. Ia mengambil minyak narwastu untuk meminyaki kaki Yesus dengan rambutnya. Yesus membalasnya dengan membenarkan apa yang dilakukan Maria.

Sebaliknya, Yudas Iskariot justru protes melihat tindakan Maria. Menurutnya, lebih baik minyak itu dijual dan uangnya diberikan kepada orang miskin. Yudas melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan “karena ia adalah pencuri; ia sering mengambil uang di dalam khas yang dipegangnya.”

Peluang dan kesempatan terbentang bagi mereka, hanya saja pilihan tindakan mereka berbeda. Marta dan Maria berbahagia karena boleh melakukan sesuatu yang terbaik bagi Yesus. Yesus menegaskan bahwa yang diperbuat oleh Maria didasari atas cinta dan kemurahan hatinya. Sementara itu, Yudas Iskariot kelak menyesali tindakannya dan akhirnya bunuh diri.

Mungkin kita terlalu termakan oleh iri hati ketika melihat orang lain memakai kesempatan yang ada untuk berbuat baik. Kita menjadi sibuk untuk membenci dan bergosip tentang orang lain; sibuk memikirkan dan bersekongkol untuk menjatuhkan atau mencampakkan orang lain; sibuk mencari peluang untuk melakukan korupsi atau mengambil hak orang. Saat itulah kita melewatkan peluang berharga untuk berbuat baik, kita melewatkan peluang untuk menjadi lebih baik, kita kita melewatkan peluang untuk berubah.

Saat ini bukan untuk menyesali peluang yang telah terlewatkan. Saat ini adalah peluang untuk berubah. Tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau berubah, sebab peluang akan selalu terbuka.