Kepada Siapa Kami Akan Pergi?

Sabtu, 21 April 2018 – Hari Biasa Pekan III Paskah

318

Yohanes 6:60-69

Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: “Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?” Yesus yang di dalam hati-Nya tahu, bahwa murid-murid-Nya bersungut-sungut tentang hal itu, berkata kepada mereka: “Adakah perkataan itu mengguncangkan imanmu? Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada? Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup. Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.” Sebab Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang akan menyerahkan Dia. Lalu Ia berkata: “Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorang pun dapat datang kepada-Ku, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.” Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Maka kata Yesus kepada kedua belas murid-Nya: “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Jawab Simon Petrus kepada-Nya: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”

***

Para murid terkejut mendengar perkataan Yesus yang dinilai keras dan tidak bisa diterima. Yang dimaksud agaknya perkataan dalam Yoh. 6:48-50. Di situ Yesus menyebut diri-Nya sebagai Roti Kehidupan yang turun dari surga. Orang-orang yang selama ini mengikut Yesus (di luar kelompok dua belas) menjadi kecewa karenanya. Mereka lalu bersungut-sungut, suatu tindakan yang biasa dilakukan lawan-lawan Yesus dan orang yang tidak percaya kepada penyelenggaraan Allah.

Yesus menangkap ketidakpuasan itu. Ia mengimbau mereka untuk tetap percaya kepada-Nya. Baru mendengar perkataan yang mengejutkan saja iman mereka sudah guncang. Bagaimana mereka bisa menerima hal-hal lebih besar yang akan terjadi kemudian? Hal besar yang dimaksud adalah naiknya Anak Manusia “ke tempat di mana Ia sebelumnya berada.” Ini mengacu pada penyaliban Yesus dan kelak kenaikan-Nya ke surga. Yesus menegaskan bahwa seluruh perkataan yang disampaikan-Nya adalah roh dan kehidupan. Para pendengar diajak untuk membuka diri, niscaya perkataan-perkataan itu akan memberi mereka hidup baru.

Meski diimbau demikian, secara dramatis lalu dikatakan bahwa sejak saat itu banyak murid mengundurkan diri, mengucapkan selamat tinggal kepada Yesus. Ini menunjukkan penolakan penuh mereka kepada-Nya. Ambrukkah reputasi Yesus karenanya? Tidak. Mereka menolak Yesus dengan tegas, tetapi di sisi lain ada dua belas murid yang menerima Yesus, juga dengan tegas.

Berawal dari tantangan Yesus, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Simon Petrus sebagai wakil dua belas murid dengan mantap menyatakan bahwa mereka menerima perkataan Yesus sebagai “perkataan hidup yang kekal.” Petrus dan rekan-rekannya juga mengakui Yesus sebagai “Yang Kudus dari Allah.” Yesus disebut “Yang Kudus” artinya Dia itu Mesias yang mempunyai hubungan yang erat dan unik dengan Allah Bapa. Dia hidup dalam kesatuan dengan-Nya. Jadi, kepada siapa mereka akan pergi, selain kepada Yesus?

Yoh. 6:60-69 agaknya merujuk pada kondisi jemaat Yohanes yang saat itu sedang terancam perpecahan. Sejumlah anggota jemaat tidak memahami ajaran Yesus dan memilih untuk mengundurkan diri, membuang iman mereka jauh-jauh. Hal yang sama kiranya sering juga kita temui sekarang ini. Umat bingung memahami pribadi Yesus, mungkin lelah juga menghadapi “serangan-serangan” yang datang dari luar,  sehingga akhirnya memutuskan untuk meninggalkan-Nya.

Dalam situasi seperti itu, penginjil Yohanes mengajak kita untuk rela membuka diri pada bimbingan Roh. Renungkanlah perkataan Yesus baik-baik, gulatilah dengan sepenuh hati di bawah bimbingan Roh Kudus. Proses ini kiranya akan memperteguh iman kita kepada-Nya.

Satu hal lagi. Bila kita sudah mengerahkan seluruh kemampuan hati dan akal budi, tetapi jawaban tidak juga kunjung ditemukan, besarkanlah hati. Tidak semua pertanyaan ada jawabannya. Berilah tempat pada misteri Allah. Dia itu mahabesar, lagi mahasempurna. Akal budi kita tidak akan mampu menyingkap keseluruhan misteri Allah. Bersabarlah sampai saatnya tiba.