Pertobatan Lidia

Senin, 7 Mei 2018 – Hari Biasa Pekan VI Paskah

511

Kisah Para Rasul 16:11-15

Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis; dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari.

Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ. Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya.

***

Setelah menghabiskan beberapa waktu di Filipi, Paulus seperti biasanya pergi ke sinagoga pada hari Sabat. Silas diajaknya ke luar pintu gerbang kota dan menyusuri tepi sungai. Mereka akhirnya menemukan tempat sembahyang dengan sekelompok perempuan yang berkumpul untuk berdoa.

Penemuan itu mungkin mau menunjukkan bahwa orang Yahudi di Filipi hanya sedikit saja, sebab sinagoga jarang dibangun di sebuah kota yang jumlah orang Yahudinya hanya sedikit. Itulah sebabnya, Paulus dan rekan-rekannya harus mencari tempat sembahyang Yahudi untuk berdoa pada hari Sabat.

Paulus mulai mewartakan Injil kepada sekelompok perempuan yang berkumpul di sana. Pewartaannya berhasil mempertobatkan Lidia, seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, salah satu kota di Asia Kecil. Lidia dilukiskan “beribadah kepada Allah,” istilah untuk seorang bukan Yahudi yang percaya kepada Allah Israel, tetapi belum sepenuhnya menganut agama Yahudi.

Lidia percaya pada Injil dan dibaptis bersama seluruh anggota keluarganya seperti yang terjadi pada Kornelius (Kis. 10:42-48). Kepercayaan dan pembaptisan itu dimungkinkan karena Allah membuka hatinya. Inisiatif Allah dalam membuka hati manusia bagi pewartaan Injil ditekankan di sini (ay. 14; bdk. 2Kor. 2:44).

Paulus dan Silas lalu diundang dan didesak oleh Lidia agar menumpang di rumahnya. Undangan dan desakan ini mirip dengan yang dilakukan oleh dua murid di Emaus kepada Yesus (Luk. 24:29). Paulus dan Silas menyambut positif undangan tersebut. Ini berarti jemaat kristiani Yahudi menerima keramahtamahan seorang kristiani bukan Yahudi. Di sini Lukas memperlihatkan bahwa Paulus melakukan apa yang telah dilakukan oleh Petrus (Kis. 10).