Keteguhan Iman: Keraguan Maria dan Zakharia (2)

481

Keraguan-raguan iman Zakharia

Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, adalah contoh nyata orang yang memiliki iman yang ragu-ragu. Kekurangannya terletak pada tuntutan akan sebuah bukti. Zakharia tidak percaya begitu saja pada apa yang diwartakan oleh malaikat yang menampakkan diri pada sisi kanan altar Allah ketika ia sedang mempersembahkan dupa. Kedatangan malaikat yang memberitahukan kabar gembira tentang kelahiran Yohanes tidak ia percayai karena istrinya sudah sangat tua. Dengan terus terang, Zakharia menyampaikan keragu-raguannya, sehingga sebagai akibatnya ia dihukum.

Alasan malaikat menghukum Zakharia ditafsirkan secara berbeda-beda. Ada yang melihat bahwa Zakharia dihukum karena meminta sebuah tanda. Ada pula yang melihat bahwa malaikat menghukum Zakharia karena keberaniannya. Kedua alasan itu dipandang oleh kebanyakan ahli terlalu ringan. Itulah sebabnya, mereka menafsirkan bahwa keragu-raguan Zakharia merupakan suatu bentuk penolakan.[1]

Contoh keragu-raguan iman seperti itu tidak hanya ditemukan dalam Perjanjian Baru, tetapi juga dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, Allah tidak marah terhadap orang yang ingin meminta klarifikasi. Hal itu dapat kita temukan dalam diri Abram (Kej. 15:7-21), Gideon (Hak. 6:36-38), dan Musa (Kel. 3:1-4, 17). Allah tidak menghukum mereka yang meminta klarifikasi dan bukti dari-Nya.

Meminta suatu bukti merupakan sesuatu yang sangat biasa di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Musa membebaskan orang Israel dari perbudakan Mesir dengan meminta tanda-tanda ajaib. Ia menerima tugas untuk membebaskan orang Israel tatkala melihat sebuah tanda dari Allah. Mempertimbangkan hal itu, Zakharia dihukum kiranya bukan hanya karena meminta sebuah tanda, tetapi terutama karena kekerasan hatinya.

Keraguan-raguan iman yang sama dapat kita temukan dalam diri Maria, ibu Yesus. Zakharia dan Maria telah melakukan kesalahan serupa. Namun, para penafsir memberikan penjelasan yang saleh terhadap kisah Maria. Hal ini kiranya tidak memuaskan, sebab reaksi Zakharia dan Maria terhadap kabar gembira yang mereka dengar pada prinsipnya hampir sama. Mereka sama-sama mau mengklarifikasi kabar gembira itu. Namun, mengapa malaikat menghukum Zakharia dan memberkati Maria?

(Bersambung)

[1] Peter Kochalumkal, “Unwavering Faith: The Mission Of The Called (Zechariah’s Submission To God),” dalam Bible Bhashyam 29 (2003): 295.