Doa Yesus bagi Umat-Nya

Selasa, 15 Mei 2018 – Hari Biasa Pekan VII Paskah

885

Yohanes 17:1-11a

Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: “Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau. Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya. Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya. Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu. Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu. Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia.”

***

Hari Minggu lalu, 13 Mei 2018, Indonesia kembali berduka. Bom mengguncang Kota Surabaya, Jawa Timur. Sejumlah teroris menyerang tiga gereja yang ada di sana dengan bom bunuh diri. Sungguh, aksi tersebut adalah aksi yang menjijikkan, brutal, dan keji. Korban yang adalah orang-orang yang tidak berdosa berjatuhan. Banyak yang meninggal, banyak pula yang luka-luka. Darah dan air mata tertumpah di sana. Yang kehilangan dan tersakiti bukan hanya pihak keluarga. Kita yang mengikuti peristiwa itu dari pemberitaan di media massa ikut merasa marah dan terluka.

Bukan hal yang aneh kalau situasi ini membuat umat kristiani merasa cemas. Para teroris tidak mengenal peri kemanusiaan. Mereka tega mencabut nyawa siapa saja tanpa pandang bulu, entah itu aparat keamanan, warga masyarakat biasa, bahkan anak-anak. Siapa saja yang berbeda dengan mereka dan menghalangi usaha mereka darahnya dianggap halal untuk ditumpahkan. Jika demikian, bagaimana kita dapat hidup dan berkeyakinan dengan tenang di negeri ini?

Jangan takut. Bacaan Injil yang kita dengarkan hari ini secara tidak langsung menyerukan hal itu. Kita tidak perlu takut, sebab Yesus selalu menyertai kita. Sebelum Ia pergi, secara khusus Yesus mendoakan murid-murid-Nya. Dengan penuh kasih, Ia membawa mereka dan kita semua dalam doa yang dipanjatkan kepada Bapa. Doa ini begitu indah, tulus, dan sangat mengharukan!

Saat itu, Yesus menyadari bahwa saat-saat akhir bagi diri-Nya telah tiba. Ia memberi wasiat kepada para murid berupa wejangan perpisahan. Wejangan tersebut kemudian ditutup dengan sebuah doa. Dalam doa-Nya, Yesus mula-mula meninjau kembali tugas perutusan yang diemban-Nya. Sepanjang hidup-Nya, tidak ada hal lain yang Ia lakukan kecuali melaksanakan kehendak Bapa. Dengan itulah Ia memuliakan Bapa.

Sekarang, Yesus memohon agar Bapa ganti memuliakan-Nya. Jangan salah sangka, Yesus tidak sedang menuntut kehormatan dan kekuasaan. “Memuliakan” di sini artinya “meninggikan,” dan hal itu terjadi di kayu salib. Yesus dengan demikian melihat penderitaan yang segera dialami-Nya sebagai kehendak Bapa. Demi kemuliaan Bapa, Ia siap menanggungnya.

Dalam kesempatan itu, Yesus mengingat para murid yang akan Ia tinggalkan. Mereka adalah milik Bapa yang diberikan kepada-Nya. Tanpa Yesus, hidup para murid akan semakin berat, sebab mereka tinggal di tengah dunia yang membenci mereka. Meskipun demikian, Yesus tidak meminta agar Bapa membebaskan murid-murid-Nya dari masalah. Yang Ia minta, semoga Bapa memelihara para murid dalam nama-Nya dan melindungi mereka dari yang jahat.

Doa Yesus tersebut semoga menguatkan kita semua dalam saat-saat sulit ini, teristimewa para korban teror di Surabaya yang terluka maupun yang kehilangan sanak keluarga terkasih. Cinta, perlindungan, dan pemeliharaan Bapa semoga menaungi segenap korban. Percayalah bahwa kita tidak akan pernah dibiarkan sendiri. Mari bersatu padu dengan saudara-saudari sebangsa yang sama-sama merindukan kedamaian dan kehidupan yang harmonis. Bersama-sama kita akan mengalahkan kekuatan jahat yang ingin mengacaukan negeri ini.

Tuhan menyertai dan memberkati kita semua.