Keteguhan Iman: Keraguan Maria dan Zakharia (7)

220

Hal itu semakin digarisbawahi kalau kita menyelidiki situasi ketika malaikat menampakkan diri. Malaikat menampakkan diri ketika Zakharia sedang melayani di Bait Allah sebagai seorang imam. Di hadapan altar Allah, ia mempersembahkan kurban dan dupa. Tugas ini sangat istimewa karena, menurut tradisi Yahudi, tidak semua orang boleh masuk ke tempat itu. Keistimewaan tersebut ditambah dengan beberapa privilese yang diberikan kepada seorang imam. Imam dan keluarganya diperbolehkan tinggal di tempat yang kudus, dan mendapat makanan dari hewan yang dikurbankan dan roti yang dipersembahkan oleh umat. Hidupnya juga dijamin melalui pendapatan yang diperoleh dari Bait Allah, seperti persepuluhan, pajak Bait Allah, dan pemberian-pemberian lainnya.

Seorang imam yang berada di altar Allah seharusnya mempunyai iman yang kokoh. Tidak menjadi soal berat jika yang ragu-ragu adalah seorang awam, tetapi seorang imam yang mempunyai otoritas untuk mengajar dan menuntun umat agar memiliki iman yang kokoh tentu tidak boleh bersikap seperti itu. Ia harus seorang pribadi yang sungguh beriman dan dapat menjadi tokoh panutan iman bagi umatnya. Ia seharusnya mengharapkan campur tangan Allah di dalam seluruh situasi hidupnya, seperti Abraham, bapa kaum beriman.

Hal lain yang perlu digarisbawahi adalah malaikat menampakkan diri kepada Zakharia pada waktu pembakaran ukupan. Di sini kita perlu memperhatikan dua hal penting, yakni altar dan pendupaan. Altar dibangun sebagai tempat yang disucikan, tempat di mana kontak antara manusia dan Yang Ilahi dapat terjadi. Tidak selayaknya seorang imam yang sedang menjalankan upacara keagamaan meragukan kabar gembira yang disampaikan oleh malaikat Allah sendiri.

Makna tindakan pendupaan dapat ditelusuri pada upacara pendamaian yang tercantum dalam kitab Imamat. Pada upacara pendamaian itu seorang imam “harus mengambil perbaraan berisi penuh bara api dari atas mezbah yang di hadapan TUHAN, serta serangkup penuh ukupan dari wangi-wangian yang digiling sampai halus, lalu membawanya masuk ke belakang tabir. Kemudian ia harus meletakkan ukupan itu di atas api yang di hadapan TUHAN, sehingga asap ukupan itu menutupi tutup pendamaian yang di atas hukum Allah, supaya ia jangan mati” (Im. 16:12-13). Tujuan pendupaan itu pada satu sisi untuk melindungi seorang imam dari perjumpaan langsung dengan Allah, dan pada sisi lain sebagai petunjuk bahwa Allah sungguh-sungguh hadir di altar, tempat yang suci. Pendupaan yang dilakukan secara teratur pada waktu pagi dan sore hari oleh seorang imam dimaksudkan untuk menjamin kehadiran Allah dan perhatian Allah pada doa-doa umat.

(Bersambung)