Problem Kesetiaan: Belajar dari Nabi Hosea (7)

237

Lambang kesetiaan Tuhan

Perkawinan Hosea menjadi lambang hubungan Tuhan dengan Israel. Tuhan menghendaki agar Hosea mengawini seorang pelacur agar sang nabi mengetahui perasaan hati-Nya. Tuhan telah “mengawini” Israel dalam Perjanjian Sinai. Dalam perjanjian itu, Ia menyatakan diri sebagai Allah Israel dan mengangkat Israel sebagai umat-Nya.

Ikatan perjanjian ini digambarkan sebagai ikatan perkawinan. Tuhan adalah suami Israel, dan Israel adalah istri-Nya. Bagi Hosea, pengembaraan Israel di padang gurun adalah masa-masa yang indah dalam hubungan Israel dengan Tuhan (Hos. 12:10; bdk. Am. 5:25). Waktu itu mereka belum mengenal ilah-ilah lain (Hos. 11:1-4). Ia hadir membimbing mereka dalam tiang awan, dan Israel pun dengan setia mengikuti bimbingan-Nya.

Namun, ketika memasuki Kanaan, orang Israel terpesona oleh dewa-dewi Kanaan. Dalam praktik penyembahan berhala, mereka juga melakukan ibadah kemesuman (Hos. 4:13-14). Ibadah kesuburan ini dilakukan dengan menjalankan ritual persetubuhan dengan para perempuan pelayan ibadah, yakni para pelacur bakti. Demikianlah orang Israel terpikat pada kepercayaan itu lalu mengikuti penyembahan berhala.

Seperti dalam relasi suami istri, Israel dengan itu meninggalkan Tuhan, suaminya, untuk mengikuti para kekasihnya, yakni para dewa. Israel yakin bahwa para kekasihnya itu memberinya roti, air minum, bulu domba, kain lenan, minyak, dan minuman (Hos. 2:4). Mereka tidak menyadari bahwa Tuhanlah yang sebenarnya memberi mereka gandum, anggur, minyak, serta emas dan perak yang mereka pakai untuk membuat patung Baal (Hos. 2:7).

(Bersambung)