Iman dan Keselamatan

Minggu, 1 Juli 2018 – Hari Minggu Biasa XIII

425

Markus 5:21-24, 35-43

Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan memohon dengan sangat kepada-Nya: “Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.

Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!” Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorang pun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka menertawakan Dia.

Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu. Lalu dipegang-Nya tangan anak itu, kata-Nya: “Talita kum,” yang berarti: “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebab umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorang pun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan.

***

Ada orang-orang yang mendasarkan imannya pada mukjizat. Karena mendapat mukjizat, maka kemudian mereka bertobat. Sejumlah orang kristiani dengan bangga menggembar-gemborkan berbagai mukjizat sebagai bukti dan dasar dari imannya. Injil hari ini menunjukkan sikap yang sebaliknya. Bukan mukjizat yang menyebabkan orang menjadi beriman, tetapi karena imanlah maka terjadi mukjizat.

Yairus, seorang kepala rumah ibadat di Kapernaum, sungguh yakin bahwa Yesus dapat menyembuhkan anak gadisnya yang sakit parah dan hampir mati. Ketika orang-orang di rumah mengatakan bahwa putrinya sudah mati, Yairus tetap percaya kepada Yesus. Begitu juga perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun (Mrk. 5:25-34). Jelas sekali terungkap iman perempuan itu kepada Yesus, sebab Ia berkata, “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.”

Iman bukanlah rumusan-rumusan kalimat yang terkadang rumit dan sulit dimengerti. Iman berarti keyakinan dalam hati dan dalam seluruh diri bahwa Allah – yang nyata dalam diri Yesus – merupakan sumber hidup yang dapat dipercaya, dan karena itu orang mempercayakan diri dan seluruh nasib mereka ke dalam tangan-Nya. Yairus mempercayakan keselamatan anak putrinya tanpa keraguan kepada Yesus. Begitu juga perempuan yang sakit pendarahan itu mempercayakan diri sepenuhnya kepada Yesus. Iman seperti itu membawa mukjizat, menyembuhkan, dan menghidupkan.

Kalau kita masih menuntut aneka macam mukjizat, mungkin iman kita belum kuat. Kita menjadi mudah cemas dan takut. Kalau iman kita kuat, maka mukjizat akan terus berlangsung, mukjizat yang membawa kesembuhan dan kehidupan.