Apa Kata Kitab Suci tentang Api Penyucian (3)

234

Di situ diandaikan bahwa keadaan orang mati belum ditentukan secara definitif di saat kematian. Mereka juga belum masuk ke surga atau neraka. Mereka berada dalam keadaan yang masih mengizinkan perubahan, hal mana menjadi ujud doa dan kurban jemaat yang hidup. Sedikit sebelumnya, di 2Mak 7:29, ibu dari tujuh saudara yang menjadi martir di tangan raja Yunani mengungkapkan keyakinannya bahwa ia akan menerima mereka kembali pada hari kebangkitan berkat belas kasihan Allah. Belas kasihan Tuhan inilah yang kiranya dimohon oleh orang-orang hidup bagi rekan-rekan yang sudah mati.

Orang-orang Yahudi pada abad-abad itu yakin bahwa sebagian orang – yang hidupnya bercampur baik dan buruk – tidak untuk selamanya berada dalam gehena. Unsur khas dalam keyakinan itu – berbeda dengan teks di atas – ialah peranan api. Karena api menyucikan, mereka bisa naik lagi dari “neraka” (Test Abr 13, Tosephtha Sanhedrin XIII 3). Menurut mazhab Syamai, orang-orang yang berimbang baik dan buruk berada selama dua belas bulan dalam neraka untuk disucikan oleh api. Mazhab Hilel lebih menekankan doa kepada Allah oleh keluarga bagi sanak saudara yang mati. Karena itu, umat Yahudi percaya kepada suatu masa penyucian yang sering disamakan dengan keberadaan sementara dalam api “neraka” yang bersifat menyucikan.

(Bersambung)