Apa Kata Kitab Suci tentang Api Penyucian (5)

201

Yang pertama berpikir tentang sakramen pembaptisan yang diterima seseorang sebagai wakil orang yang sudah mati, mungkin seorang katekumen yang mati sebelum dibaptis. Ia menerima pembaptisan dengan harapan agar orang yang mati tanpa dibaptis itu mendapat bagian dalam rahmat sakramen baptis. Namun, dapat ditanyakan apakah sakramentologi secanggih itu bisa diandaikan pada jemaat awal?

Kata kerja baptizomai (bentuk pasif atau medium) yang oleh Alkitab Terjemahan Baru (TB) dan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) di sini diterjemahkan dengan kata dibaptis dapat juga diterjemahkan secara lebih luas, misalnya membasuh dirinya (Sir. 34:25; bdk. juga Mrk. 10:38i, “ditenggelamkan dalam penderitaan”). Ritus pembasuhan diri – sebagaimana sering dilakukan oleh orang Yahudi zaman itu – kiranya lebih cocok di sini. Yang dimaksud mungkin bukan baptisan perwakilan, tetapi suatu ritus pembasuhan atau penyucian diri yang dilakukan untuk kepentingan (huper) orang tertentu yang mati. Dipercayai bahwa ritus itu akan menyucikan pada orang mati tersebut menjelang hari pengadilan dan kebangkitan. Kalau interpretasi ini tepat, teks ini merupakan acuan bagi gagasan purgatorium yang paling kuat dalam Perjanjian Baru.

Karena itu, Alkitab mengajarkan secara eksplisit bahwa orang beriman di bumi ini dapat menjadi perantara bagi orang mati melalui doa, kurban, atau ritus lainnya (2Mak. 12:40-45; 1Kor. 15:29, dan 2Tim. 1:18). Karena kurban dalam 2Mak. 12 disebut sebagai kurban penghapus dosa, yakni untuk menghapus dosa orang mati, maka perlu ditarik kesimpulan bahwa orang-orang mati mengalami penghapusan dosa di dunia seberang. Ritus pembasuhan diri untuk kepentingan orang mati menjadi perlambangan dari penyucian atau purifikasi itu. Dibayangkan bahwa orang-orang mati sebelum kebangkitan berada dalam keadaan di mana mereka masih dapat disucikan dari dosa mereka, dan bahwa perantaraan orang hidup penting untuk penyucian itu.

(Bersambung)