Jalan Tuhan adalah Jalan yang Terjal

Sabtu, 14 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XIV

315

Matius 10:24-33

“Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, atau seorang hamba dari pada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya.

Jadi janganlah kamu takut terhadap mereka, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang; dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap rumah. Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.

Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamu pun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di surga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.”

***

Hati para murid sewajarnya gentar mendengar peringatan-peringatan Yesus. Menjadi pewarta Injil ternyata tidak mudah! Penderitaan pasti akan mereka alami, sebab Yesus, sang Guru, mengalaminya juga. Namun, Yesus mengatakan itu bukan untuk menakuti-nakuti mereka, melainkan agar mereka siap dan bersikap waspada. Ia pun lalu mendorong mereka untuk tidak merasa takut.

Jangan takut kepada para penganiaya. Mereka bisa mencelakakan badan, tetapi tidak jiwa manusia. Bapa jelas lebih berkuasa daripada mereka, sebab Ia sanggup membinasakan jiwa dan badan sekaligus! Dengan kiasan burung pipit dan rambut kepala, Yesus mengungkapkan perhatian Bapa kepada mereka. Hal-hal sepele seperti itu diketahui oleh-Nya, apalagi hal-hal penting seperti hidup dan nyawa manusia. Karena itu, para murid tidak perlu cemas. Saat berkeliling mewartakan Injil, mereka tidak pernah dibiarkan sendiri.

Mewartakan kebenaran di tengah masyarakat yang sedang sakit memang tidak mudah. Nyawa kadang menjadi taruhannya. Itulah sebabnya jalan Tuhan terasa terjal dan hanya terbuka bagi para pemberani. Agar tidak goyah menghadapi tantangan, kuncinya adalah keyakinan: yakin bahwa kita memperjuangkan hal yang baik, yakin bahwa Bapa menyertai kita, dan yakin bahwa perjuangan kita ini tidak akan pernah sia-sia.