Pengalaman Dasar Kristiani: Diampuni oleh Allah yang Maharahim

Senin, 16 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XV

193

Yesaya 1:11-17

“Untuk apa itu kurbanmu yang banyak-banyak?” firman TUHAN; “Aku sudah jemu akan kurban-kurban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan. Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya. Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda!”

***

Bacaan pertama hari ini berbicara tentang pewartaan Nabi Yesaya. Yang kita dengar kali ini adalah bab pertama dari kitab Nabi Yesaya. Konteksnya, pada waktu itu hidup bangsa Israel sangat jauh dari jalan Allah. Allah yang telah memilih, membebaskan, dan memberi mereka kasih karunia telah dilupakan dan ditinggalkan. Mereka berpaling pada dewa-dewa lain, dan bukan cuma itu saja, cara hidup mereka pun sudah seperti bukan umat pilihan lagi.

Kerusakan hidup yang terjadi di kalangan masyarakat sudah sangat parah, dan itu terjadi dari hulu sampai hilir. Para pemimpin sampai rakyat yang paling bawah semuanya sama-sama melakukan hal-hal yang jahat di mata Tuhan. Tidak mengherankan bahwa dalam nubuat kecaman ini para pemimpin diibaratkan sebagai “manusia Sodom,” sedangkan rakyat diibaratkan sebagai “manusia Gomora.” Sodom dan Gomora adalah dua kota yang diluluhlantakkan Allah karena kejahatan dan kekejian mereka. Cara hidup bangsa Israel saat itu tidak lebih baik dari orang-orang yang tinggal di kedua kota tersebut.

Kebobrokan masyarakat diawali oleh pemahaman bahwa asal mereka telah mempersembahkan kurban kepada Allah di Bait Allah, semuanya otomatis sudah terjamin. Di sini tampak sekali masyarakat yang hanya mementingkan materialisme belaka, masyarakat yang tidak mampu melihat kedalaman pengalaman mereka dengan Tuhan sebagai Allah mereka. Mereka tetap menindas hak-hak orang miskin dan para janda. Ketidakadilan, penindasan, dan kejahatan merajalela di mana-mana. Rangkaian perbuatan jahat dan kekejian itulah yang membuat persembahan, kurban, doa-doa, dan perayaan-perayaan mereka menjadi tidak ada gunanya sama sekali.

Kata kunci yang bisa kita jadikan inspirasi hari ini adalah wajah Allah ketika berhadapan dengan bangsa-Nya yang murtad. Allah mengajak mereka untuk kembali kepada-Nya melalui pertobatan. Allah mengajak umat pilihan-Nya untuk belajar berbuat baik. Ia berjanji, meskipun dosa mereka merah seperti kirmizi, mereka akan dibuat-Nya menjadi putih seperti salju. Sekalipun pelanggaran mereka merah seperti kain kesumba, mereka akan diubah-Nya menjadi putih seperti bulu domba.

Mengalami wajah kerahiman Allah seperti itulah yang disebut pengalaman dasar orang Israel. Pengalaman ini yang akan menentukan arah dan nasib hidup mereka di masa depan.