Keteguhan Dasar Kristiani: Sabar Menunggu Waktu yang Ditentukan Tuhan

Kamis, 19 Juli 2018 – Hari Biasa Pekan XV

280

Yesaya 26:7-9, 12, 16-19

Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya. Ya TUHAN, kami juga menanti-nantikan saatnya Engkau menjalankan penghakiman; kesukaan kami ialah menyebut nama-Mu dan mengingat Engkau. Dengan segenap jiwa aku merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau pada waktu pagi; sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk dunia akan belajar apa yang benar.

Ya TUHAN, Engkau akan menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.

Ya TUHAN, dalam kesesakan mereka mencari Engkau; ketika hajaran-Mu menimpa mereka, mereka mengeluh dalam doa. Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya TUHAN: Kami mengandung, kami menggeliat sakit, tetapi seakan-akan kami melahirkan angin: kami tidak dapat mengadakan keselamatan di bumi, dan tiada lahir penduduk dunia. Ya, TUHAN, orang-orang-Mu yang mati akan hidup pula, mayat-mayat mereka akan bangkit pula. Hai orang-orang yang sudah dikubur di dalam tanah bangkitlah dan bersorak-sorai! Sebab embun TUHAN ialah embun terang, dan bumi akan melahirkan arwah kembali.

***

Kesabaran dalam menunggu waktu yang ditentukan Tuhan adalah pesan yang bisa kita ambil dalam bacaan pertama hari ini. Lagi-lagi bacaan diambil dari nubat Nabi Yesaya.

Salah satu godaan terbesar manusia, termasuk umat Israel dan umat Kristen, adalah kurang sabar dalam menunggu waktu yang ditentukan Tuhan. Semua maunya serba instan, cepat, dan praktis. Orang maunya berusaha sedikit tetapi mendapatkan hasil yang gemilang. Inilah wajah manusia yang semakin ke sini kiranya semakin mengkhawatirkan.

Dunia memang menawarkan hidup seperti itu. Lihat saja makanan-makanan instan dan berbagai shortcut dalam bidang teknologi dan ekonomi. Tidak heran, budaya yang demikian menghasilkan generasi-generasi yang sulit sekali berproses. Mereka mudah mengeluh, mudah patah, dan tidak mau susah!

Mengenai iman tidak pernah ada yang instan. Iman lahir dari pengalaman yang mengakar, yang menjadi habit orang beriman, dan itu memerlukan waktu yang tidak pendek. Iman ibarat tanaman yang pertumbuhannya bahkan tidak bisa dilihat secara langsung. Iman tumbuh secara perlahan namun pasti bila disiram, diberi pupuk, dan dijaga.

Bagi kebanyakan manusia zaman sekarang, pertumbuhan iman yang kuat dan tangguh sayangnya sering dirasa sangat membosankan. Dalam proses pertumbuhan iman, ternyata manusia harus melalui segala persoalan dan permasalahan hidup. Problem yang datang silih berganti tersebut tidak jarang membuat manusia terluka dan terempas.

Nubuat Yesaya hari ini mengajak kita untuk sabar dalam menantikan waktu yang ditentukan Tuhan. Kesabaran iman harus disertai dengan doa dan usaha, dengan tetap melakukan kebaikan, kebenaran, dan keadilan. Tuhan akan membalas segala perjuangan, kegigihan, dan ketekunan umat-Nya yang dengan setia berpegang kepada-Nya.