Hukum Yang Tertanam Di Hati

Kamis, 9 Agustus 2018 – Hari Biasa Pekan XVIII

1085

Yeremia 31:31-34

“Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN. Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.”

***

Dahulu Tuhan telah mengadakan perjanjian dengan Israel di Sinai, tetapi Israel telah memutuskan perjanjian itu. Ketidaksetiaan tersebut tidak sesuai dengan kasih Allah yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Karena itu, Tuhan akan mengadakan perjanjian yang baru dengan umat-Nya. Perjanjian yang baru ini tidak seperti perjanjian Sinai yang telah mereka langgar.

Karena umat tidak mungkin mengubah diri mereka, Tuhan sendiri akan membuat perubahan yang perlu berkaitan dengan watak bangsa itu, sehingga mereka sanggup menaati hukum perjanjian Tuhan. Dalam perjanjian yang baru ini, ketaatan menjadi mungkin karena hukum tidak lagi perlu diajarkan, tetapi akan ditulis “dalam hati mereka,” yakni dalam pikiran dan kehendak mereka.

Dengan demikian, orang akan secara spontan menanggapi kasih Allah. Hukum yang ditulis dalam hati tersebut akan menggerakkan setiap orang, sehingga segala tingkah laku mereka akan sesuai dengan hukum dan kehendak Tuhan. Hukum itu bukan lagi piagam lahiriah, tetapi dari dalam mendorong hati manusia. Hukum itu terkena pengaruh roh ilahi yang memberi manusia hati yang baru, yang mampu mengenal Tuhan. Semua orang akan menaati perintah-Nya dan menanggapi kasih-Nya secara sempurna. Bila hal itu terlaksana, Ia sungguh-sungguh akan menjadi Allah mereka lagi, dan mereka akan sungguh-sungguh menjadi umat-Nya.

Karena hukum yang baru itu ditulis dalam hati manusia, di masa mendatang tidak diperlukan lagi ajaran atau ajakan untuk mengenal Tuhan. Orang tidak perlu lagi mengajar atau mengajak sesamanya untuk mengenal Tuhan. Semua orang akan mengenal Tuhan, mencintai, dan mematuhi-Nya. Terlaksananya perjanjian baru menjadi awal kehidupan mereka yang baru. Tuhan mengampuni dosa mereka dan tidak lagi mengingatnya. Ia mengabaikan kesalahan dan dosa mereka di masa lampau. Yang penting bagi Tuhan, mulai saat itu umat-Nya memulai kehidupan yang diwarnai dengan ketaatan dan kasih kepada-Nya.

Mari kita renungkan:

Sekalipun umat Israel tidak berlaku sebagai bangsa kesayangan-Nya, Tuhan tetap bertindak sebagai Allah mereka. Menghadapi umat-Nya yang tidak setia, Tuhan menunjukkan kesetiaan-Nya. Kesetiaan kepada bangsa kesayangan-Nya ini diwujudkan dengan perjanjian baru yang diadakan-Nya dengan Israel. Dalam perjanjian yang baru, Tuhan menegaskan kembali bahwa Ia adalah Allah mereka dan mereka adalah umat kesayangan-Nya. Perjanjian yang diadakan Tuhan dengan umat Israel bukanlah beban yang diletakkan-Nya pada pundak mereka. Sebaliknya, perjanjian yang diadakan-Nya itu adalah wujud kasih-Nya kepada mereka. Karena mengasihi mereka, Ia menganugerahkan perjanjian untuk membahagiakan mereka.