Suksesi Pemimpin Gereja (9)

192

Dalam bagian lain Kisah Para Rasul, para rasul diceritakan mengumpulkan seluruh anggota komunitas. Mereka bermaksud memilih tujuh orang dari antara anggota jemaat yang terkenal baik dan yang penuh Roh dan hikmat untuk “melayani meja” (Kis. 6:3). Usulan ini muncul karena orang Yahudi yang berbahasa Yunani bersungut-sungut terhadap orang Ibrani. Penyebabnya, pembagian keperluan sehari-hari kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari (Kis. 6:1).

Usulan para rasul disetujui oleh seluruh anggota komunitas. Tujuh orang dipilih oleh seluruh anggota komunitas dan ditugaskan untuk melayani kebutuhan sehari-hari bagi orang miskin, terutama janda dari kelompok Yahudi yang berbicara bahasa Yunani. Pemilihan itu ditandai dengan doa dan penumpangan tangan oleh para rasul. Di sini penumpangan tangan mungkin memiliki dua makna.[1] Pertama, suatu bentuk sikap doa untuk memohon karunia dan rahmat khusus supaya tujuh orang itu bisa melayani dengan baik. Kedua, suatu tanda persekutuan antara para rasul dan tujuh orang tersebut. Dengan menumpangkan tangan, para rasul mau membawa orang-orang itu ke dalam relasi persekutuan istimewa dengan mereka dan membawa mereka ke dalam tugas pelayanan pastoral bagi kawanan umat Kristus.

Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus menyebut para pemimpin lain, misalnya diakon perempuan Febe yang melayani jemaat di Kengkrea (Rm. 16:1-2), Priskila dan Akwila yang ditampilkan sebagai pewarta (Kis. 18:1-4, 18-21; Rm. 16:3-5; 1Kor. 16:19; 2Tim. 4:19), Barnabas (Kis. 14:4; 1Kor. 9:5-6), Andronikus dan Yunia (Rm. 16:7), Apolos (1Kor. 4:9), Silvanus dan Timotius (1Tes. 1:1; 2:7), dan Epafroditus (Ef. 2:25). Para pemimpin atau kepala “Gereja rumah” juga disebut, seperti Nimfa (Kol. 4:15), Lidia (Kis. 16:40), Maria (Kis. 12:12). Namun, bagaimana para pemimpin itu dipilih tidak banyak diceritakan. Dalam surat-surat pastoral disebutkan kualifikasi pemimpin yang diharapkan (1Tim. 3:1-13), tetapi bagaimana proses mereka dipilih tidak disebutkan.

(Bersambung)

[1] Francis A. Sullivan, “The Laying on of Hands in Christian Tradition” dalam Spirit and Renewal: Essays in Honor of J. Rodman Williams (Sheffield, England: Sheffield Academic Press, 1994), 45.