Kedewasaan Rohani

Rabu, 19 September 2018 – Hari Biasa Pekan XXIV

279

1 Korintus 12:31 – 13:13

Jadi berusahalah untuk memperoleh karunia-karunia yang paling utama. Dan aku menunjukkan kepadamu jalan yang lebih utama lagi.

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal.

Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

***

Ada kriteria bagi seseorang untuk dikatakan dewasa. Sebuah artikel psikologi menuliskan bahwa kedewasaan seseorang bisa dilihat dari enam ciri sikap, yakni: menerima diri sendiri, menghargai orang lain, menerima tanggung jawab, percaya pada diri sendiri, sabar, dan punya rasa humor. Tentu sikap-sikap seperti itu belum bisa kita temukan pada diri seorang anak. Jika ada orang yang sudah cukup umur untuk disebut dewasa tetapi kebanyakan dari sikap-sikap tersebut tidak ditemukan dalam dirinya, orang itu bisa disebut kekanak-kanakan.

Dalam kehidupan rohani, ada tahapan yang disebut sebagai kematangan rohani. Paulus membahasakan ini dengan sebutan “dewasa.” Ia menganalogikan perkembangan rohani seseorang dengan perkembangan kanak-kanak ke dewasa. Orang yang sudah disebut dewasa akan meninggalkan cara bertindak, cara berpikir, dan cara merasa seorang anak-anak. Dengan kata lain, ada tanda-tanda yang menjadi ciri bahwa seseorang memiliki kedewasaan rohani.

Ada tiga tanda kedewasaan rohani, yakni: iman, harapan, dan kasih. Orang yang memiliki ketiga hal tersebut adalah orang yang dewasa secara rohani. Namun, dari ketiga tanda ini, kasih dikatakan paling dominan. Paulus membahasakannya sebagai yang paling besar. Kasih itulah yang akan mempengaruhi cara bertindak, cara berpikir, dan cara merasa orang yang dewasa secara rohani.

Paulus memberikan contoh yang konkret tentang cara bertindak, cara berpikir, dan cara merasa bagi orang yang memiliki kedewasaan rohani. Apa itu?

Cara merasa: sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan tidak marah.

Cara bertindak: tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.

Cara berpikir: tidak bersukacita karena ketidakadilan tetapi bersukacita karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu.

Nah, Saudara-saudari sekalian, sudahkah kita memiliki kedewasaan rohani?