Pelita yang Menyala

Senin, 24 September 2018 – Hari Biasa Pekan XXV

158

Lukas 8:16-18

“Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya.”

***

Ayah dan ibu saya pernah bertengkar kecil soal salib. Meskipun hanya pertengkaran ringan, tetapi hal itu menarik untuk saya renungkan. Saya kemudian memiliki gambaran yang sedikit berat sebelah: ibu saya lebih beriman daripada ayah, meskipun usia kekatolikan ayah lebih lama daripada ibu. Namun, di sisi lain, saya pun bisa berpikir positif bahwa ini adalah salah satu kekuatan sebuah perkawinan, yaitu saling melengkapi. Atau, mungkin juga saya bisa berpikir ala anak-anak milenial zaman sekarang bahwa ini bagian dari the power of emak-emak.

Begini ceritanya. Suatu kali rumah saya dipinjam tetangga sebelah untuk menggelar hajatan nikah. Rumah saya akan dipinjam sebagai tempat makan untuk menjamu para tamu yang hadir. Tiba-tiba beberapa hari sebelum hari H, ayah saya merasa tidak tenang. Ia lalu berkata kepada ibu, “Tolong, itu salibnya diambil saja, tidak enak dengan para tamu yang sebagian besar bukan Katolik.” Tanpa pikir panjang ibu lantas menimpali, “Tidak. Sekali tidak, ya tidak. Saya Katolik, ya tetap Katolik. Salib adalah identitas saya.” Tidak ada raut muka lembut di wajah ibu. Ia marah karena ayah merasa ragu karena imannya.

Hari ini sabda Tuhan berbicara mengenai pelita yang tidak akan disembunyikan di bawah tempat tidur. Pelita akan dinyatakan dan akan bersinar. Begitulah halnya dengan iman kita. Karena itu, jangan takut. Jangan sembunyikan iman kita di bawah tempat tidur, sebab Tuhan senantiasa beserta kita dan bekerja dalam diri kita.