Di Sini dan Sekarang

Kamis, 27 September 2018 – Peringatan Wajib Santo Vinsensius a Paulo

180

Lukas 9:7-9

Herodes, raja wilayah, mendengar segala yang terjadi itu dan ia pun merasa cemas, sebab ada orang yang mengatakan, bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada lagi yang mengatakan, bahwa Elia telah muncul kembali, dan ada pula yang mengatakan, bahwa seorang dari nabi-nabi dahulu telah bangkit. Tetapi Herodes berkata: “Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang kabarnya melakukan hal-hal demikian?” Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus.

***

Antony de Mello dalam sebuah bukunya pernah menggambarkan secara eksplisit mengenai arti pencerahan. Orang yang mengalami pencerahan itu persis seperti seekor anjing yang duduk termangu melihat seekor kera yang sedang bergelantungan. Anjing itu duduk dan diam mematung. Tidak ada aktivitas lain yang dilakukannya, tidak ada hal lain yang dipikirkannya. Yang ada dalam benaknya saat itu adalah kera yang ada di hadapannya, tidak ada yang lain. Tidak ada bayangan akan luka di masa lalu, pun kekhawatiran akan sesuatu yang akan datang.

Pencerahan terjadi ketika orang sungguh berada dalam hidupnya yang paling kini, tanpa ada ketakutan-ketakutan masa lalu maupun masa mendatang yang menghantuinya. Persis seperti anjing yang termangu melihat kera yang bergelantungan tadi.

Salah satu tokoh yang dikisahkan dalam Injil hari ini adalah Herodes. Dikisahkan bahwa Herodes dilanda ketakutan dan kecemasan. Dalam dirinya, kita melihat contoh tokoh yang tidak berada dalam kedalaman batin. Hidupnya selalu diwarnai oleh kekhawatiran dan ketakutan. Orang semacam itulah yang digambarkan oleh sang pengkotbah yang hari ini berkata bahwa segala sesuatu dalam hidup terasa sia-sia dan menjemukan (bacaan pertama hari ini, Pkh. 1:2-11). Seperti itulah hidup yang tidak mendalam dan selalu diombang-ambing oleh ketakutan dan kekhawatiran.

Kita dipanggil untuk fokus dan berpegang pada Yesus, Guru kita. Kalau kita hidup di dalam Kristus, kita memiliki pegangan hidup. Kita akan mendapatkan pencerahan seperti anjing yang saya kisahkan di atas. Sebaliknya, kalau kita hidup di luar Kristus, hidup kita akan terombang-ambing tidak keruan, kehidupan tanpa arah seperti yang dialami oleh Herodes.