Jalan Menuju Kekudusan

Selasa, 9 Oktober 2018 – Hari Biasa Pekan XXVII

217

Lukas 10:38-42

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.”

***

Pada dasarnya, panggilan hidup kita adalah panggilan kepada kekudusan. Jalan kekudusan dalam kehidupan ini dapat ditempuh dengan berbagai macam cara. Sebagai seorang kristiani, kita dipanggil untuk menjadi murid Yesus dan diundang untuk mendengarkan serta menjalankan ajaran-ajaran-Nya.

Marta memilih untuk melayani Yesus dengan mengerjakan pekerjaan harian. Ia menyiapkan segala sesuatu bagi-Nya. Layaknya seorang tuan rumah yang kedatangan tamu, Marta sibuk menyiapkan hidangan dan jamuan. Ia melakukan itu dengan tujuan agar sang tamu, yaitu Yesus sendiri, berkenan dengan penyambutan yang ia berikan. Sementara itu, Maria memilih untuk duduk dekat kaki Yesus dan mendengarkan ajaran-ajaran yang disampaikan-Nya.

Tidak ada yang salah dengan dua pilihan yang berbeda tersebut. Masing-masing pribadi memilih untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak hati dan kepedulian mereka. Baik pilihan Marta maupun Maria sama-sama pilihan yang baik, pilihan yang mengantar keduanya menuju kepada kekudusan.

Pillihan untuk melayani dan mendengarkan Yesus merupakan jalan menuju kekudusan. Yang pokok, keduanya sama-sama berasal dari hati. Marta dan Maria melakukan tindakan mereka masing-masing dengan hati yang bebas, dengan hati yang gembira, bukan karena terpaksa. Ketika pilihan jalan hidup dilaksanakan dengan kesungguhan hati, orang yang menjalaninya pasti akan merasakan sukacita sejati.

Saudara-saudari sekalian, hari ini kita belajar menapaki jalan kekudusan dengan menjalani pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab harian kita. Lakukan itu semua dengan hati yang bebas, hati yang penuh cinta. Jangan pernah lelah melakukan pekerjaan sederhana dengan cinta yang besar. Jangan pernah lelah, melainkan bersukacitalah senantiasa.