Berjuang

Rabu, 31 Oktober 2018 – Hari Biasa Pekan XXX

277

Lukas 13:22-30

Kemudian Yesus berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa sambil mengajar dan meneruskan perjalanan-Nya ke Yerusalem.

Dan ada seorang yang berkata kepada-Nya: “Tuhan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. Jika tuan rumah telah bangkit dan telah menutup pintu, kamu akan berdiri di luar dan mengetok-ngetok pintu sambil berkata: Tuan, bukakanlah kami pintu! dan Ia akan menjawab dan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang. Maka kamu akan berkata: Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami. Tetapi Ia akan berkata kepadamu: Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan! Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi, apabila kamu akan melihat Abraham dan Ishak dan Yakub dan semua nabi di dalam Kerajaan Allah, tetapi kamu sendiri dicampakkan ke luar. Dan orang akan datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka akan duduk makan di dalam Kerajaan Allah. Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir.”

***

Tidak sulit bagi kita untuk mencari contoh orang yang sungguh-sungguh berjuang keras. Berjuang tidak identik dengan pahlawan yang gugur di medan laga, sebab perjuangan adalah bagian dari kehidupan. Seorang ibu single parent yang bekerja keras berjualan roti untuk membesarkan dan menyekolahkan ketiga anaknya sampai lulus sarjana adalah seorang perjuang. Seorang misionaris yang tetap setia dalam mewartakan kabar gembira, padahal ia berada di daerah terpencil yang terbatas dalam segala hal, adalah seorang pejuang. Seorang anak kecil yang datang ke Sekolah Minggu, padahal pada saat yang sama ia bisa terus tidur atau menikmati hiburan dari gadget, adalah juga seorang pejuang.

“Berjuanglah!” demikian ajakan Yesus kepada kita hari ini. Dalam bahasa Yunani, kata yang dipakai adalah agonizesthe. Kata ini diambil dari gelanggang gulat saat pesta olahraga Yunani, sehingga jelas mengungkapkan suatu pergumulan atau pergulatan. Sumber lain menambahkan bahwa kata itu kemudian diturunkan ke dalam bahasa Inggris menjadi agony yang berarti penderitaan yang hebat.

Dengan demikian, secara implisit, Yesus menunjukkan bahwa perjuangan yang dimaksudkan adalah perjuangan yang mengalami banyak penderitaan, termasuk penderitaan yang sangat hebat. Jangan lupa bahwa Yesus selalu menekankan kepada para murid-Nya, “Setiap orang yang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku” (Luk. 9:23). Sebab, “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu” (Luk. 14:27).

Dengan berseru “berjuanglah,” Yesus mau menegaskan agar kita terus-menerus berusaha dan berkomitmen untuk berpartisipasi dalam perjamuan abadi di surga. Yesus tidak mengatakan dengan jelas berapa jumlah orang yang akan diterima di sana, tetapi orang-orang yang setia mengikuti-Nya sudah pasti akan memperoleh tempat yang layak.

Saudara-saudari yang terkasih, teknologi modern dewasa ini di satu sisi mempermudah kehidupan kita, tetapi di sisi lain juga memanjakan kita. Ingin yang mudah, enak, nikmat, dan yang tidak perlu perjuangan berat adalah cara berpikir yang mempengaruhi perilaku, kebiasaan, dan kehidupan kita sekarang ini. Yesus hari ini mengingatkan kita betapa penting, bernilai, dan berharganya sebuah perjuangan. Dia tidak hanya berkata, tetapi Dia lebih dahulu memberi contoh bagaimana berjuang, bergumul, bergulat, dan memikul salib sampai ke puncak Golgota. Sebagai murid Yesus, masihkah kita takut untuk berjuang?