Nebukadnezar: Raja Asyur atau Raja Babel? (4)

“Pada tahun kedua belas pemerintahan Nebukadnezar, yang menjadi raja orang Asyur di Niniwe, kota yang besar, Arfaksad menjadi raja atas orang Media di Ekbatana” (Ydt. 1:1)

680

Mengenal kitab Yudit

Di kalangan ahli Kitab Suci tampaknya sampai sekarang belum tercapai kata sepakat apakah kesalahan itu – dan kesalahan-kesalahan lain dalam kitab Yudit – merupakan ketidaktahuan atau kesengajaan. Namun, setidaknya ada dua hal yang sudah dapat disepakati. Pertama, dalam kitab Yudit dijumpai cukup banyak kesalahan menyangkut sejarah dan geografi.[1] Kedua, kesalahan-kesalahan itu menunjukkan bahwa kitab Yudit bukan catatan sejarah, melainkan sebuah kisah pengajaran.

Memang, dalam penggolongan kitab-kitab Perjanjian Lama, kitab Yudit masuk dalam kategori kitab sejarah. Mengenai hal ini, kiranya harus dimengerti bagaimana kategori kitab sejarah dalam Perjanjian Lama mesti dipahami. Meskipun disebut kitab sejarah, kitab Yudit – bersama dengan kitab Yosua, Hakim-hakim, 1-2 Samuel, 1-2 Raja-raja, 1-2 Tawarikh, Ester, Tobit, dan sebagainya – tidak bisa disamakan dengan buku-buku sejarah yang beredar pada masa sekarang. Ini karena para penyusun kitab-kitab tersebut sejak semula tidak bermaksud membuat dokumentasi fakta dan peristiwa. Tujuan mereka terutama adalah untuk mendidik dan mengajar.[2] Dengan demikian, semua kitab sejarah dalam Perjanjian Lama sesungguhnya adalah kitab pengajaran, bukan catatan sejarah. Kitab-kitab itu disebut kitab sejarah semata-mata karena pengajaran di dalamnya berbentuk cerita atau kisah atau narasi yang menyerupai sejarah.

(Bersambung)

[1] Selain Nebukadnezar yang disebut sebagai raja Asyur, masih banyak masalah yang lain. Arfaksad, raja Media sekaligus musuh besar Nebukadnezar, tidak dikenal dalam sejarah. Begitu pula Yudit, tokoh utama kitab ini. Kesulitan lain berkaitan dengan geografi. Sejumlah tempat yang disebut dalam kitab Yudit ternyata tidak dikenal, atau dikenal tetapi letaknya bermasalah. Contohnya nama-nama tempat yang dilalui dan ditaklukkan Holofernes dalam Ydt. 2:21 – 3:10, seperti  Dataran Bektilet (Ydt. 2:21), Sungai Abrona (Ydt. 2:24), juga Sur dan Okina (Ydt. 2:28). Hal yang sama berlaku juga untuk Betulia, kota utama tempat kisah Yudit berlangsung. Tidak tersedia satu pun catatan sejarah atau kesaksian yang menyatakan bahwa kota ini benar-benar ada. Lih. Moore, Judith, 39-44.

[2] C. Groenen, Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama (Yogyakarta: Kanisius, 1992), 56.