Rendah Hati

Sabtu, 3 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXX

261

Lukas 14:1, 7-11

Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama.

Karena Yesus melihat, bahwa tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: “Kalau seorang mengundang engkau ke pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu: Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk di tempat yang paling rendah. Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

***

Bagi banyak orang, diakui oleh orang lain tampaknya sudah menjadi seperti kebutuhan pokok. Orang ingin diakui karena kedudukannya, jasanya, uangnya, atau mungkin karena pengorbanannya bagi sesama. Pengakuan itu wujudnya bisa berbagai macam bentuk, misalnya pujian, kenangan, penyebutan nama, atau penghargaan. Di balik kebutuhan akan pengakuan, di sana ada keinginan untuk memegahkan diri! Hal itu kontras dengan kerendahan hati yang diajarkan Yesus hari ini.

Hari ini Yesus mengajak kita untuk menjadi pribadi yang rendah hati. Setiap orang yang memegahkan diri akan direndahkan, tetapi orang yang merendahkan diri akan ditinggikan. Kerendahan hati dalam bahasa Inggris adalah humility, dan kata ini dekat dengan kata humus. Humus adalah kandungan zat di dalam tanah yang mampu menyuburkan tanaman apa pun yang ada di atasnya. Pada tanah yang berhumus akan tumbuh berbagai macam jenis biji. Begitu pula dengan diri manusia. Ketika seseorang rendah hati, dia akan mudah memahami kesalahan orang lain, mudah untuk memaafkan, mudah pula untuk meminta maaf. Orang yang rendah hati mudah untuk menghormati dan menghargai orang lain. Ia mudah pula mengakui kesalahan untuk kemudian berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Saudara-saudari yang terkasih, Yesus mengungkapkan perumpamaan hari ini untuk mengubah hati orang-orang Farisi yang selalu merasa diri benar dan suci. Mereka cenderung meminta pengakuan dan penghormatan dari orang lain. Yesus mengajak para murid-Nya dan kita semua untuk rendah hati. Dia lebih dahulu mempraktikkan hal ini dalam peristiwa inkarnasi. Kendati Allah, Dia merendahkan dan mengosongkan diri dengan menjadi manusia. Ia hidup, tinggal, dan merasakan apa yang dialami manusia.

Di tengah arus zaman yang penuh dengan orang yang ingin disebut, diakui, dikenang, dan disukai, Yesus mengajak kita untuk menghidupkan semangat rendah hati. Biarlah Allah yang semakin dimuliakan, kini dan sepanjang masa. Amin.