Sebagai Pendatang dan Perantau (2)

104

Perpindahan massal dan mekanisme integrasi

Pertanyaan di atas adalah masalah yang besar dan mendesak untuk dunia dan masyarakat kita sekarang, dengan jumlah pendatang yang begitu besar dan yang makin sering menimbulkan gejolak dan kekerasan. Dalam dunia agraris masa lampau dengan kependudukan yang belum begitu padat dan tanah yang masih luas, integrasi pendatang berlangsung relatif mudah. Pada zaman sekarang, perpindahan massal ke wilayah-wilayah bumi atau negeri terus meningkat, padahal tempat itu sendiri sudah sangat padat. Perpindahan massal sering baru menjadi perhatian bila diakibatkan oleh perang, kerusuhan, atau paceklik yang secara tiba-tiba memaksa rakyat dalam jumlah besar serentak mengungsi ke wilayah lain. Itulah yang di Indonesia dahulu terjadi di Timor, Aceh, Kalimantan Tengah, dan Maluku.

Perpindahan massal namun tidak serentak disebabkan juga oleh banyak faktor lain. Desakan ekonomi terus-menerus mendorong migrasi global (emigrasi/imigrasi) dan nasional (transmigrasi), terutama perantauan ke kota-kota besar (urbanisasi). Selain itu, kebutuhan pendidikan menyebabkan orang muda makin cepat meninggalkan lingkungan asalnya dan berpindah berulang-ulang ke lingkungan baru – dalam maupun luar negeri – dan akhirnya mungkin menetap di situ. Faktor ideologi dan kepercayaan adalah sebab banyak migrasi, entah karena kurang ada kebebasan beragama atau berkeyakinan di wilayah asalnya (eksodus dari negara-negara komunis; eksodus umat Kristen dari Timur Tengah); atau juga karena ada panggilan untuk membagikan keyakinannya.

(Bersambung)