Bersyukur atas Banyak Hal

Rabu, 14 November 2018 – Hari Biasa Pekan XXXII

212

Lukas 17:11-19

Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”

***

Sepuluh orang kusta dipulihkan oleh Yesus. Akan tetapi, sembilan dari mereka sayangnya kehilangan kesempatan emas ketika mereka gagal mengucap syukur. Yesus memuji satu-satunya orang yang datang untuk bersyukur kepada-Nya. Ia berkata, “Imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Kita membutuhkan iman seperti itu untuk mengenali ketergantungan kita kepada Allah dalam perjalanan hidup ini dan dalam perjalanan kita menuju kehidupan kekal. Kita telah diberkati dengan berbagai cara. Kita telah menerima begitu banyak hal dalam hidup. Namun, mungkin kita tidak selalu mengakui bahwa sumber utama dari semua rahmat dan karunia itu adalah Allah. Tanpa pengakuan ini, tidak mungkin kita bisa bersyukur.

Rasa syukur inilah yang membedakan orang Samaria yang menderita kusta itu dari sembilan orang kusta lain yang sembuh bersamanya. Kesepuluh orang itu sama-sama diberkati. Mereka semua telah disembuhkan dari penyakit yang membuat mereka hanya “setengah hidup.” Namun, hanya satu dari mereka yang setelah disembuhkan “kembali sambil memuliakan Tuhan dengan suara nyaring.” Orang itu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya atas mukjizat kesembuhan yang dialaminya. Dia bersyukur kepada Yesus, tetapi juga memuliakan Allah. Dia mampu melihat bahwa Allah sedang bekerja dalam kuasa penyembuhan Yesus.

Orang Samaria itu dipuji karena kemampuannya tersebut. Yesus tidak mengatakan, “Tidak adakah yang kembali untuk berterima kasih kepadaku selain orang asing ini?” Yang Ia katakan adalah, “Tidak adakah yang kembali untuk memuliakan Allah selain orang asing ini?” Dia melanjutkan dengan menyatakan, “Imanmu telah menyelamatkan engkau.” Orang kusta ini memiliki visi iman, sehingga mengenali Allah yang berkarya dalam apa yang telah terjadi padanya. Dengan cara yang luar biasa ia telah diberkati.

Kita dipanggil untuk memiliki iman yang serupa. Kenali dan bersyukurlah kepada Allah yang berkarya dalam semua pengalaman hidup kita, yang memberkati kita dalam perjalanan hidup ini. Kasih karunia Allah hendaknya mengundang kita untuk tidak henti-hentinya memuji dan bersyukur.