Berdoa Tiada Jemu

Sabtu, 17 November 2018 – Peringatan Wajib Santa Elisabet dari Hungaria

228

Lukas 18:1-8

Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Kata-Nya: “Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun. Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku. Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorang pun, namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku.” Kata Tuhan: “Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu! Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?”

***

Tidak seperti kelihatannya, berdoa sesungguhnya merupakan hal yang tidak mudah. Doa membutuhkan gairah yang terus-menerus harus dijaga, agar orang tidak merasa jemu dan bosan untuk melakukannya. Kendala terbesar orang berdoa adalah ketika doanya tidak dijawab oleh Tuhan, sehingga sering kali mereka putus asa dan merasa tidak ada gunanya berdoa lagi.

Janda dalam perumpamaan yang disampaikan oleh Yesus hari ini mewakili sosok yang menolak untuk berkecil hati dan berputus asa. Janda itu menemui hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapa pun. Walaupun ditolak, ia terus-menerus datang sampai akhirnya mendapatkan haknya. Demikianlah Yesus mengajarkan supaya orang berdoa dengan tidak jemu-jemu.

Namun, kisah itu meninggalkan pertanyaan besar. Jika kita berdoa dengan sikap seperti janda itu, apakah kita tidak sedang memaksa Allah? Kiranya pertanyaan Yesus di akhir kisah – “akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” – bisa menjadi jawabannya. Yesus bertanya, ketika Dia kembali pada akhir zaman, akankah Ia menemukan iman yang memiliki kesamaan kualitas, ketekunan, dan kegigihan seperti yang ditampilkan janda itu? Yesus menyerukan iman yang bertahan, yang menolak untuk menyerah, bahkan ketika semua dukungan untuk tetap beriman tampaknya lenyap. Ini adalah masa-masa sulit bagi orang beriman.

Kita semua mengalami godaan untuk berputus asa. Namun, dalam Injil hari ini, Yesus mengatakan bahwa orang percaya harus bersikap gigih. Contoh tertinggi dari orang percaya yang gigih adalah Yesus sendiri. Ia bertemu dengan kejahatan dalam berbagai bentuk, tetapi Ia tetap setia sampai akhir, bahkan sampai tergantung di kayu salib. Janda itu adalah gambaran sosok Yesus yang setia dan terus bertekun. Seperti dia, kita semua pun dipanggil untuk memiliki iman yang teguh dari Yesus.

Dengan demikian, berdoa dengan tak jemu-jemu bukanlah sebuah upaya memaksa Allah untuk mengikuti kemauan kita. Berdoa dengan tak jemu-jemu adalah ungkapan iman kita.