Kolekte menurut Kitab Suci (2)

166

Beberapa isyarat

Jika Yesus dan para murid-Nya meninggalkan segala sesuatu yang mereka miliki, lalu bagaimana mereka yang berjalan keliling untuk mewartakan Injil ini bisa memenuhi kebutuhan hidup? Isyarat yang bisa dipakai untuk menjawab pertanyaan ini dapat ditemukan dalam Luk. 8:1-3. Ketika Yesus bersama dengan dua belas murid-Nya berjalan keliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah, sejumlah perempuan ada bersama mereka dan melayani kelompok itu dengan harta milik mereka.[1] Selain itu, para misionaris yang berjalan keliling dari satu tempat ke tempat lain bisa bertahan hidup berkat keramahtamahan jemaat yang memberikan tumpangan bagi mereka. Lukas menceritakan bagaimana Lidia melayani Paulus dan jemaat kristiani lainnya di Filipi (Kis. 16:40), dan bagaimana Titus Yustus sebagai tuan rumah melayani Paulus ketika berada di Korintus (Kis. 18:7-11).

Isyarat lain dapat kita temukan dalam Kis. 2:42-47 dan 4:32-34. Kedua perikop ini berbicara tentang semangat hidup saling berbagi di kalangan jemaat perdana. Jemaat yang kaya menggunakan harta milik mereka secara sukarela untuk membantu jemaat yang miskin. Barnabas menjual harta miliknya dan meletakkan hasilnya di depan kaki para rasul untuk kepentingan komunitas (Kis. 4:37). Maria, ibu Yohanes yang disebut juga Markus, menggunakan harta miliknya untuk jemaat kristiani yang berkumpul dan berdoa di rumahnya (Kis. 12:12).

(Bersambung)

[1] Tindakan beberapa perempuan berjalan bersama seorang rabi dan muridnya dan melayani mereka dengan harta milik sendiri dianggap sebagai sesuatu yang tidak biasa. Tindakan itu bahkan dianggap sebagai sebuah skandal pada masa itu. Tindakan ini justru diangkat oleh Lukas untuk memperlihatkan bahwa perempuan, seperti juga laki-laki, mengambil bagian secara aktif dalam pelayanan kristiani. Tindakan ini juga dapat dipandang sebagai suatu bentuk sikap keterbukaan dan perhatian Yesus kepada semua orang. Charles H. Talbert, Reading Luke: A Literary and Theological Commentary on the Third Gospel (New York: Crossroad,  1989),90-94.