Kasih dan Iman

Rabu, 9 Januari 2019 – Hari Biasa Sesudah Penampakan Tuhan

169

1 Yohanes 4:11-18

Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Tidak ada seorang pun yang pernah melihat Allah. Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.

Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah. Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.

Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.

Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.

***

Surat Yohanes yang kita dengarkan dalam bacaan pertama hari ini sekali lagi berbicara tentang kasih. Kali ini penulis menekankan pentingnya semangat untuk senantiasa tinggal dalam kasih. Kita wajib untuk saling mengasihi karena Allah telah lebih dahulu mengasihi kita. Semangat saling mengasihi itulah yang akan membuat Allah tetap tinggal dalam diri kita. Dia yang tinggal dalam diri kita dengan sendirinya akan menyempurnakan pribadi kita pula.

Tuhan memelihara kasih-Nya dalam diri kita melalui penganugerahan Roh supaya kita mengambil bagian di dalam-Nya. Syarat untuk menerima anugerah ini adalah iman dan penyerahan diri kepada Kristus, Putra-Nya. Iman akan Kristus membutuhkan keberanian, bukan ketakutan. Ketakutan selalu melucuti kasih, dan membuat kasih kehilangan kesempurnaannya. Rasa takut akan mencabut seluruh berkat. Rasa takut membuat ketahanan seseorang menjadi rapuh dan menenggelamkannya dalam kebinasaan. Hal itu ditunjukkan dengan jelas dalam kisah para murid yang ketakutan melihat Yesus berjalan di atas air (Injil hari ini, Mrk. 6:45-52).

Karena itu, Saudara-saudari sekalian, mari bersikap berani dalam menghadapi aneka macam tantangan kehidupan ini. Jangan takut, sebab Tuhan beserta kita.