Menjadi Terang

Kamis, 31 Januari 2019 – Peringatan Wajib Santo Yohanes Bosko

182

Markus 4:21-25

Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan tersingkap. Barangsiapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”

Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”

***

Ukuran dan pengukuran sangat akrab dengan kehidupan kita. Kita bisa mengukur banyak hal, dari benda-benda mati sampai visi hidup yang sifatnya personal yang diukur menggunakan “alat” bernama target. Pada dasarnya, ukur-mengukur bukanlah sesuatu yang bermuatan buruk, tetapi menjadi kurang baik jika dilatarbelakangi oleh yang namanya kehendak untuk membanding-bandingkan.

Mudah sekali bagi kita untuk melakukan pengukuran dengan mengambil pola perbandingan sebagai acuan sekaligus tujuannya. Kita, misalnya, bisa mengukur kualitas menggereja umat tertentu dengan menjadikan umat lain sebagai pembanding. Kita juga bisa mengukur loyalitas kepemimpinan romo paroki yang baru dengan menjadikan romo paroki yang lama sebagai pembanding. Banyak sekali peristiwa yang kita alami dan kita lakukan terkait dengan ukur-mengukur dan membanding-bandingkan.

Hari ini Yesus bersabda, “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan dikenakan pula padamu” (Mrk. 4:24). Artinya, kita diajak untuk berinteraksi dengan orang lain secara bijak. Tentu kita masih ingat, beberapa waktu lalu, suasana di Indonesia begitu panas dengan perseteruan berdasar agama. Hanya dengan ajakan untuk menciptakan kebenaran agama masing-masing, maka kita mudah tersulut untuk mencederai perdamaian. Perseteruan terjadi diawali dengan munculnya “ujaran kebencian.” Ujaran kebencian merupakan suatu tanggapan eksklusif yang mencoba mengukur kebenaran kelompok sendiri di atas kelompok lain. Ujaran kebencian membawa pengikut suatu kelompok pada titik kemudahan dan kefasihan untuk membanding-bandingkan atau bahkan mengotak-kotakkan orang lain dengan keyakinan bahwa kelompoknya sendiri yang paling benar. Mungkin kita tidak termasuk golongan ekstremis yang bertindak demikian, tetapi mari kita sadari bahwa terkadang kita juga tergoda untuk mengukur kualitas hidup orang lain dengan ukuran kita dan berhenti pada metode membanding-bandingkan.

Sungguh, Yesus menghendaki agar kita tidak terjebak dalam pola hidup yang demikian. Setiap manusia memiliki martabat yang sama, sehingga janganlah kita melihat bahwa kebenaran hanya ada pada kita. Justru Yesus mengajak kita untuk berperan sebagaimana pelita yang tidak pernah dipasang di bawah tempat tidur, melainkan diletakkan di atas kaki dian. Artinya, kita wajib menjadi penerang bagi orang lain dan menghindari segala macam godaan bersembunyi atau tersembunyi. Karena itu, jika ada orang yang tidak hidup dengan baik sebagai anggota jemaat, hendaklah kita menegurnya secara santun, bukan malah mengobrolkan orang itu dalam kelompok ngerumpi.

Keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Tidak ada keterbukaan yang disukai oleh roh jahat. Gerakan roh jahat senantiasa tersembunyi, berbeda dengan roh baik yang mengajak kita menjadi terang. Penerang harus diletakkan di tempat terbuka agar semakin banyak orang mampu menikmati peran serta manfaatnya. Dengan berani terbuka, maka kita lebih bisa melihat adanya banyak keindahan dalam hidup, sehingga tidak mudah bagi kita untuk mengukur sesuatu dengan cara pandang kita yang sempit.

Semoga, dengan sabda Yesus hari ini, kita tergugah untuk senantiasa melihat bahwa di luar diri kita ada banyak orang dan sesuatu yang baik serta berharga. Semoga pula kita mampu menjadi terang bagi masyarakat, sehingga Gereja tidak hanya terkungkung dalam eksklusivitas, tetapi bisa semakin tersebar luas, dengan demikian visi keselamatan Allah akan dapat dialami oleh banyak orang.