Menjaga Hati

Rabu, 13 Februari 2019 – Hari Biasa Pekan V

348

Markus 7:14-23

Lalu Yesus memanggil lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: “Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.” [Barangsiapa bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]

Sesudah Ia masuk ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu. Maka jawab-Nya: “Apakah kamu juga tidak dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu dari luar yang masuk ke dalam seseorang tidak dapat menajiskannya, karena bukan masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?” Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal. Kata-Nya lagi: “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

***

Tuhan menciptakan manusia secitra dengan-Nya. Ia menempatkan kita di alam semesta ini dengan mandat untuk berkuasa atas segenap ciptaan yang lain. Namun, Allah juga meminta kita untuk bertanggung jawab memelihara alam semesta dan seluruh kehidupan di dalamnya. Inilah keluhuran kita. Kita diangkat oleh Allah sebagai wakil-Nya untuk memelihara alam semesta dan kehidupan yang sejak awal diciptakan baik adanya. Keluhuran ini akan dapat kita jaga dan laksanakan hanya bila kita tetap memiliki relasi yang baik dengan Tuhan. Itu akan membuat kita tetap ingat bahwa kehidupan berasal dari-Nya dan kita bertanggung jawab untuk memeliharanya.

Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang mengajar orang banyak tentang kenajisan. Apa yang dapat menajiskan manusia? Yang menajiskan seseorang adalah yang keluar dari dirinya. Semua makanan adalah halal karena makanan yang kita konsumsi kita peroleh dari alam semesta yang diciptakan Allah, sehingga semua itu “baik adanya.” Dengan dasar itu, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa suatu makanan adalah najis atau tidak halal.

Najis bersinonim dengan “kotor” atau “haram.” Yesus mengatakan bahwa yang keluar dari seseoranglah yang dapat membuat orang itu najis. Ia mencoba mengubah pemahaman tentang kenajisan, bukan lagi sebagai suatu keadaan lahiriah, tetapi yang melampaui hal itu. Yang dapat menajiskan seseorang adalah yang keluar dari diri orang itu, yakni yang keluar dari hati dan pikirannya. Perbuatan-perbuatan jahat berawal dari pikiran dan hati yang jahat. Bila hati dan pikiran seseorang memikirkan hal-hal yang jahat – seperti percabulan, pencurian, kebohongan, iri hati, kesombongan, kelicikan, hawa nafsu, kemarahan, dendam, kedengkian, dan sejenisnya – lalu ia melakukan sesuai dengan apa yang dipikirkannya, maka hal-hal itulah yang menajiskannya.

Dengan ajaran ini, Yesus mau mengajak kita untuk senantiasa menjaga hati dan pikiran kita. Jangan sampai kita menjadi najis karena hati dan pikiran kita mengeluarkan pemikiran-pemikiran dan rencana-rencana yang jahat. Yesus menginginkan kita untuk senantiasa menjaga hati dan pikiran kita agar tetap bersih, sehingga kita sungguh dapat senantiasa menjaga citra-Nya dalam diri kita.