Mukjizat Penggandaan Cinta dan Belas Kasihan

Sabtu, 16 Februari 2019 – Hari Biasa Pekan V

197

Markus 8:1-10

Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-murid-Nya menjawab: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” Jawab mereka: “Tujuh.” Lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai beberapa ikan, dan sesudah mengucap berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang. Ia segera naik ke perahu dengan murid-murid-Nya dan bertolak ke daerah Dalmanuta.

***

Untuk dapat bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Di berbagai belahan dunia saat ini, kalau kita mendengarkan berita dari berbagai media, kita menemukan realitas bahwa masih banyak sesama kita yang kekurangan makanan. Ada yang dapat bertahan hidup meskipun mengalami gizi buruk; ada juga yang tidak dapat bertahan dan akhirnya mati sia-sia. Kenyataan ini sangat memprihatinkan, lebih-lebih karena di belahan dunia lain banyak orang yang hidup sejahtera dengan kelimpahan makanan.

Injil hari ini berkisah tentang Yesus yang tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada orang banyak. Demi mengikuti dan mendengarkan ajaran Yesus selama tiga hari, mereka tidak punya makanan lagi. Yesus tidak tega menyuruh mereka pulang ke rumah masing-masing. Ia menyuruh para murid menyediakan makanan bagi mereka. Menjawab kebingungan para murid, Yesus lalu meminta makanan yang ada pada mereka, yakni tujuh roti dan beberapa ekor ikan. Setelah mengucap syukur atas makanan yang ada, Ia lalu membagikannya kepada para murid untuk dibagi-bagikan kepada orang banyak. Saat itulah terjadi mukjizat. Semua orang yang diperkirakan berjumlah empat ribu orang dapat makan sampai kenyang, bahkan masih ada makanan yang tersisa sebanyak tujuh bakul.

Berbicara apa perikop ini bagi kehidupan kita? Melalui kisah ini, kita disadarkan bahwa Tuhan peduli terhadap hidup manusia, bukan hanya menyangkut kehidupan kekal kelak di surga, tetapi juga menyangkut kehidupan yang berjalan di dunia ini. Yesus memperhatikan ketersediaan makanan jasmani bagi manusia. Dia tidak membiarkan orang kelaparan. Hati-Nya senantiasa tergerak oleh belas kasihan manakala melihat orang yang berkekurangan.

Mukjizat penggandaan roti dalam perikop ini adalah mukjizat penggandaan cinta, belas kasihan, dan berkat. Ketika saya merenungkan perikop ini, saya membayangkan bahwa saat itu Yesus mengucap syukur atas makanan yang tersedia, lalu memecah-mecahkannya untuk dibagikan. Aksi ini menyentuh dan membuka hati orang-orang yang hadir untuk bersyukur juga atas rezeki yang dimiliki dan untuk mau berbagi kepada sesama. Mereka pun lalu mengeluarkan bekal makanan masing-masing dan mulai membagikannya kepada sesama yang tidak memiliki makanan. Karena setiap orang yang memiliki makanan mengeluarkan makanannya, maka makanan yang terkumpul menjadi banyak dan cukup untuk dibagikan kepada semua orang, bahkan berlebih. Saat itulah terjadi mukjizat.

Sebagai pengikut Yesus, kita juga bertanggung jawab untuk melakukan mukjizat penggandaan roti seperti yang dilakukan Yesus. Caranya adalah dengan menggandakan cinta dan belas kasihan dalam diri kita masing-masing, sehingga dengan rela dan terbuka, kita selalu siap untuk berbagi kepada sesama. Seperti Yesus, hendaknya hati kita senantiasa tergerak oleh belas kasihan ketika melihat orang-orang yang menderita. Semoga.