Yesus adalah Mesias

Kamis, 21 Februari 2019 – Hari Biasa Pekan VI

223

Markus 8:27-33

Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberitahukan kepada siapa pun tentang Dia.

Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.”

***

Menjadi pribadi yang diberkati adalah mengalami situasi yang diluputkan dari bahaya dan diberi kepercayaan oleh Allah. Nuh dan keluarganya yang sabar dan taat akan kehendak Allah kini menikmati berkat dari-Nya secara berlimpah (bacaan pertama hari ini, Kej. 9:1-13). Allah memegang dan mewujudkan janji-Nya, yakni dengan memberi mereka keturunan. Mereka juga dipercaya untuk berkuasa atas dunia. Nuh bersama keluarganya memulai hidup baru dalam berkat Allah. Mereka diluputkan dan tidak akan mengalami penderitaan karena air bah lagi. Semua berkat ketaatan kepada Allah yang dilandaskan pada sikap percaya atau iman.

Pengakuan Allah sebagai sumber segala hidup, sebagai Dia yang mahakuasa, akan sangat menentukan perjalanan hidup kita. Dalam hal inilah dibutuhkan pengenalan yang benar akan Allah, sehingga tidak mudah dibingungkan akan istilah-istilah yang dipakai. Mengenal bukan hanya melibatkan unsur intelektual, tetapi melibatkan pula hati yang meyakini.

Yesus adalah Mesias, sang Penyelamat. Dia adalah penyelamat kita. Kita mengetahui dan mengenal tentang diri-Nya dari orang lain, dari sumber-sumber literer, dari pengajaran, dan terutama juga dari pengalaman kita sendiri. Segala macam istilah dan sebutan bagi Yesus tidak boleh memusingkan dan menggoyahkan iman kita. Hendaknya pengakuan bahwa Yesus adalah Mesias senantiasa ada di dalam hati kita.

Mengimani dan mengamini Yesus sebagai Mesias berarti menerima Dia dengan segala hidup dan kehidupan-Nya. Tanpa ragu kita percaya kepada-Nya meskipun Ia mengalami penderitaan, lalu kemudian wafat di kayu salib. Kebangkitan-Nya menghapuskan segala sangsi dan rasa bimbang. Menerima Yesus berarti pula menerima kehendak Allah. Bersama Yesus, kepercayaan kita akan semakin teguh dan kuat. Percaya kepada kehendak-Nya adalah perjuangan kita setiap waktu sebagai seorang Katolik yang semakin hari semakin diberkati.