Mukjizat Bukan untuk Promosi Diri

Jumat, 5 April 2019 – Hari Biasa Pekan IV Prapaskah

147

Yohanes 7:1-2, 10, 25-30

Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.

Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.

Beberapa orang Yerusalem berkata: “Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru: “Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”

Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.

***

Saudara-saudara Yesus meminta agar Yesus mempromosikan diri-Nya dengan membuat tanda-tanda di Yerusalem pada waktu pesta ziarah Pondok Daun. Mereka melihat ada keuntungan bagi diri mereka jika Yesus membuat tanda-tanda. Ini berarti bahwa mereka salah mengerti tentang tujuan dari mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Bagi mereka, mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus adalah suatu bentuk promosi diri kepada dunia agar Yesus mendapatkan lebih banyak pengikut. Hal ini jelas berbeda dengan misi kedatangan Yesus ke dunia ini. Dia datang ke dunia bukan untuk mempromosikan diri, tetapi untuk membuat Allah dikenal.

Yesus akhirnya pergi secara diam-diam, tidak seperti yang diinginkan oleh saudara-saudara-Nya, yakni agar menampakkan diri kepada dunia. Dengan pergi secara diam-diam sesuai dengan kehendak Bapa, Yesus tidak menuruti keinginan saudara-saudara-Nya untuk memperlihatkan mukjizat-Nya kepada dunia.

Di Bait Allah Yerusalem, Yesus dengan leluasa berbicara di depan orang-orang yang bermaksud untuk membunuh-Nya. Mereka saat itu diam saja dan tidak melakukan tindakan apa pun. Beberapa orang Yerusalem yang mengetahui rencana para pemimpin Yahudi untuk membunuh Yesus bertanya-tanya, “Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu bahwa Ia adalah Kristus?” Mereka menduga bahwa para pemimpin mereka sungguh-sungguh tahu bahwa Yesus adalah Mesias. Banyaknya mukjizat yang telah dikerjakan Yesus menjadi indikasi.

Namun, mereka memiliki kesulitan untuk mengakui-Nya sebagai Mesias karena mereka mengetahui asal-Nya. Mereka tahu bahwa Yesus berasal dari Nazaret. Ini membuat mereka berkesimpulan bahwa Yesus pasti bukan Mesias, sebab diyakini bahwa tidak ada orang yang tahu dari mana asal Mesias, juga kapan Dia datang. Kepercayaan ini tampaknya lahir dari sebuah tradisi, sebab tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama. Perjanjian Lama bahkan dengan jelas menubuatkan bahwa tempat kelahiran Mesias adalah Betlehem (Mi. 5:2).