Berbela Rasa dengan Yesus yang Menderita

Senin, 15 April 2019 – Hari Senin dalam Pekan Suci

221

Yohanes 12:1-11

Enam hari sebelum Paskah Yesus datang ke Betania, tempat tinggal Lazarus yang dibangkitkan Yesus dari antara orang mati. Di situ diadakan perjamuan untuk Dia dan Marta melayani, sedang salah seorang yang turut makan dengan Yesus adalah Lazarus. Maka Maria mengambil setengah kati minyak narwastu murni yang mahal harganya, lalu meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya; dan bau minyak semerbak di seluruh rumah itu. Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya. Maka kata Yesus: “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku. Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu.”

Sejumlah besar orang Yahudi mendengar, bahwa Yesus ada di sana dan mereka datang bukan hanya karena Yesus, melainkan juga untuk melihat Lazarus, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati. Lalu imam-imam kepala bermupakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus.

***

Dalam bacaan Injil hari ini, Maria, saudari Marta, dikisahkan melakukan tindakan yang begitu luar biasa. Ia meminyaki kaki Yesus dengan minyak yang mahal, lalu menyekanya dengan rambutnya. Harum semerbak minyak narwastu yang digunakan Maria dengan segera menyebar dan memenuhi seluruh ruangan. Inilah tindakan seorang murid, yang adalah seorang perempuan, yang melakukan sesuatu yang sangat berharga untuk Yesus, sang Guru.

Kalau kita perhatikan, menjelang masa-masa penuh kesengsaraan, Yesus tampaknya dikisahkan seperti seseorang yang tidak mudah dimengerti oleh orang-orang disekitar-Nya, entah oleh para murid, apalagi oleh para imam dan tua-tua Yahudi. Ini terutama terjadi ketika Yesus berbicara tentang penderitaan dan kematian-Nya.

Tindakan Maria kepada Yesus yang diceritakan dalam bacaan Injil hari ini adalah sebuah bukti penting bahwa akhirnya muncul satu orang yang betul-betul memahami, menerima, dan memberikan jawaban positif terhadap pewartaan Yesus tentang penderitaan-Nya. Maria ikut berbela rasa dengan penderitaan Yesus. Setelah pewartaan Yesus dimengerti dan ditanggapi secara salah oleh beberapa murid, akhirnya ada satu murid – kebetulan dia ini seorang perempuan – yang bertindak sesuatu, mau berkorban, bahkan memberikan miliknya yang paling mahal dan berharga untuk Yesus.

Hal itu bisa kita pahami dari kata-kata Yesus, “Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku.” Jauh sebelum Yesus menderita dan wafat, Maria sudah memberikan pengurapan bagi-Nya sebagaimana yang biasa dilakukan untuk orang-orang yang meninggal. Dengan ini hendak ditegaskan bahwa Yesus membutuhkan jawaban positif dari para murid-Nya, termasuk juga dari kita, untuk ikut serta masuk ke dalam sengsara-Nya.