Membuka Mata Mereka yang Tidak Percaya

Sabtu, 27 April 2019 – Hari Sabtu dalam Oktaf Paskah

466

Markus 16:9-15

Setelah Yesus bangkit pagi-pagi pada hari pertama minggu itu, Ia mula-mula menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Dari padanya Yesus pernah mengusir tujuh setan. Lalu perempuan itu pergi memberitahukannya kepada mereka yang selalu mengiringi Yesus, dan yang pada waktu itu sedang berkabung dan menangis. Tetapi ketika mereka mendengar, bahwa Yesus hidup dan telah dilihat olehnya, mereka tidak percaya.

Sesudah itu Ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota. Lalu kembalilah mereka dan memberitahukannya kepada teman-teman yang lain, tetapi kepada mereka pun teman-teman itu tidak percaya.

Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

***

Perikop Injil Markus yang kita dengar hari ini biasanya disebut “akhir yang panjang,” dan dianggap bukan bagian Injil Markus yang paling tua, yang sudah berakhir di Mrk. 16:8. Meskipun ada ada banyak diskusi berkaitan dengan akhir historisnya, tetapi Gereja tetap menerima perikop ini sebagai akhir kanonis Injil Markus, dan karena itu pesannya tetap “asli” dan relevan. Intinya, iman akan kebangkitan dimulai dari Yesus yang menampakkan diri-Nya. Dialah yang berinisiatif, manusia hanya menanggapi. Ada beberapa pesan yang tercuat di sini.

Pertama, berita gembira tentang kebangkitan Yesus mula-mula tidak dipercaya, bahkan oleh para murid-Nya sendiri. Yesus yang bangkit menampakkan diri kepada Maria Magdalena. Dialah saksi pertama yang berjumpa dengan Tuhan yang mulia. Akan tetapi, kesaksiannya tidak dipercaya oleh para murid lainnya. Mungkin karena Maria Magdalena hanya seorang diri, apalagi dia itu seorang perempuan. Menurut Taurat, perkara sah membutuhkan minimal dua orang saksi. Namun, alasan utama sebenarnya terletak dalam hati para murid sendiri. Mereka semua “sedang berkabung dan menangis.” Mengapa? Karena mereka terpaku pada kematian dan jenazah. Akibatnya, mereka tidak mampu terbuka terhadap kebaruan berita kebangkitan yang menyatakan Yesus hidup. Karena itu, bahkan kesaksian dua murid laki-laki pun tidak membuat mereka yakin.

Kedua, akhirnya Yesus sendiri yang harus meyakinkan mereka semua. Pendekatan-Nya bukan lagi perorangan, tetapi kepada mereka sebagai paguyuban. Perlu pembukaan mata secara bersama. Perlu pertobatan struktural dan komunal. Penampakan diri-Nya terasa belum cukup. Ketidakpercayaan dan ketertutupan mereka harus ditegur dan dicela. Intinya, kesaksian para saksi mata dan telinga harus dipercaya dan diterima. Merekalah mata rantai pewartaan yang menjamin keaslian iman kita akan Tuhan yang terus hidup dan membimbing umat-Nya. Kepada merekalah Tuhan yang bangkit memberikan amanat agung-Nya, “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Iman akan kebangkitan tidak pernah hanya demi hiburan dan kekuatan sendiri. Iman akan kebangkitan meminta mereka untuk pergi dan memberitakan Injil. Itulah iman yang sama, yang kita warisi sampai hari ini. Tugas dan giliran kitalah untuk meneruskan berita gembira itu kepada siapa saja yang kita jumpai.