Semakin Dianiaya Semakin Bersemangat

Rabu, 8 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan III Paskah

208

Yohanes 6:35-40

Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguhpun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya. Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”

***

Atap gereja dilempar batu ketika kami sedang khusyuk berdoa rosario. Suaranya menggelegar, membuat kami yang berada di dalamnya terkejut bukan main. Doa Salam Maria langsung terputus. Selama beberapa saat, kami diliputi ketegangan. Untung setelah itu tidak terjadi apa-apa lagi. Namun, pengalaman masa kecil tersebut seketika menyadarkan saya: tidak semua orang bisa menghargai keyakinan orang lain. Kegelisahan mendadak muncul. Kalau sikap itu suatu ketika memuncak menjadi penolakan yang berujung pada kekerasan, apa yang akan terjadi pada kita, yang hanya merupakan kelompok kecil di negara ini?

Jemaat Kristen perdana berada dalam situasi seperti itu (bacaan pertama hari ini, Kis. 8:1b-8). Mereka menghadapi penganiayaan yang semakin dahsyat. Setelah membunuh Stefanus, orang-orang Yahudi yang dipimpin Saulus makin giat memburu mereka. Akibatnya, para pengikut Yesus terpaksa menyingkir ke berbagai tempat, kecuali para rasul yang tetap bertahan di Yerusalem. Malapetaka ini ternyata punya nilai positif. Justru karena ditolak di Yerusalem, mereka berkesempatan membawa Injil ke tempat-tempat lain, salah satunya ke Samaria. Filipus mewartakan Injil di situ, dan penduduk setempat ternyata menyambutnya dengan sukacita.

Yesus berkata, “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang.” Ingatlah firman ini ketika kita mengalami saat-saat yang sulit, dianiaya karena iman yang kita yakini. Teladan yang baik telah diberikan para pendahulu kita: makin hebat dianiaya, makin semangat mereka mewartakan Injil. Apa yang harus ditakuti? Kematian? Yesus, sang Roti Kehidupan, telah bangkit mengalahkan kematian. Kita yang percaya kepada-Nya akan bangkit bersama-Nya, dan tidak akan dibiarkan-Nya hilang.