Membedakan Suara Gembala dan Suara Pencuri

Senin, 13 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan IV Paskah

315

Yohanes 10:1-10

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.”

Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka.

Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

***

Sering kali fokus konsentrasi pendengaran kita terganggu manakala kita tidak bisa membedakan dengan jelas suara yang ingin kita dengar akibat bisingnya suara-suara yang ada di sekitar kita. Berbagai macam informasi yang kita dengar di tengah ramainya dunia digital sekarang ini sering kali juga membuat kita bingung untuk bersikap: mana yang hoaks (kebohongan belaka) dan mana yang merupakan kebenaran sejati. Di tengah-tengah kebisingan seperti itu, kita ditantang untuk mampu memilah dan akhirnya memilih mana suara kebenaran yang akan menuntun kita pada keselamatan, bukan pada kesesatan.

Bacaan Injil hari ini dengan apik mengisahkan bagaimana Yesus mengingatkan kepada kawanan domba untuk berhati-hati terhadap para pencuri, perampok, atau orang asing. Mereka ini adalah orang-orang yang masuk tanpa melalui pintu. Mereka akan mencuri dan pada akhirnya akan menggiring kawanan domba menuju pada kesesatan dan kebinasaan. Sebaliknya, gembala yang baik adalah dia yang masuk melalui pintu. Ia memanggil domba-dombanya, dan domba-domba itu mengenal dirinya. Pada akhirnya, gembala yang baik akan menuntun kawanan domba menuju ke padang rumput yang hijau, sehingga mereka akan hidup dalam kelimpahan.

Saudara-saudari yang terkasih, suara gembala adalah suara Tuhan sendiri yang selalu ingin menuntun dan mengajak kita pada keselamatan. Suara gembala adalah suara roh yang baik, yang selalu ingin menjaga dan mengarahkan kita pada kebaikan. Sebaliknya, pencuri hadir dalam bentuk segala sesuatu yang ingin menjauhkan kita dari keselamatan.

Suara kebaikan dan suara-suara yang akan menjerumuskan kita pada kesesatan menjadi tidak jelas dalam dunia sekarang ini, khususnya kalau kita tidak memiliki kemampuan untuk memilah dan memilih, atau dalam bahasa latihan rohani: kemampuan untuk melakukan diskresi. Namun, pahamilah bahwa suara Tuhan begitu lembut dan halus. Ia selalu menyuarakan kebaikan melalui dan dalam hati kita. Mari kita masuk ke kedalaman hati kita untuk mendengarkan suara-Nya dengan sungguh. Tuhan akan menuntun kita ke jalan kebenaran dan kebaikan, mendorong kita untuk berani mengatakan “tidak” kepada suara-suara pencuri yang akan merampok keselamatan dan kehidupan kita.