Hidup Jangan Sombong

Rabu, 22 Mei 2019 – Hari Biasa Pekan V Paskah

177

Yohanes 15:1-8

“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah. Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”

***

Mengapa kita kerap kali bersikap sombong dengan menempatkan diri kita sebagai pokok anggur? Kita merasa kitalah pemilik kehidupan ini, merasa bahwa kita bisa mengatur segala sesuatu, bahwa kita bisa menguasai segalanya dengan akal budi dan pikiran kita. Sungguh, dengan beranggapan demikian, kita ini adalah pribadi-pribadi yang sombong. Kita menjadi tidak tahu diri di hadapan Tuhan. Alih-alih menyadari peran kita, kita malah mengambil peran Dia yang mahakuasa.

Ingatlah, kita ini bukan pokok anggur, melainkan sekadar rantingnya. Dalam bacaan Injil hari ini, kata “ranting” muncul berulang kali. Apa artinya? Ini tidak lain merupakan ajakan untuk menyadari predikat hidup kita sebagai ranting. Kita diingatkan bahwa ranting tidak ada artinya sama sekali jika tidak berada pada pokoknya. Tanpa pokok anggur, ranting akan jatuh ke tanah dan mati. Dia tidak akan hidup, dan itu artinya tidak bisa menjadi sarana menyalurkan sari-sari kehidupan yang kelak bisa menghasilkan buah.

Ranting yang tidak tersambung dengan pokok anggur akan patah dengan sendirinya, jatuh membusuk ke tanah, atau paling maksimal dijadikan kayu bakar. Karena itu, dalam bacaan Injil hari ini diingatkan bahwa yang paling utama adalah keberanian untuk tinggal dalam pokok anggur itu. Kata “tinggal” penting untuk diperhatikan sebab juga muncul berulang kali dalam perikop ini. Dengan itu ditegaskan bahwa tugas utama dalam hidup kita adalah mempunyai kesadaran dan keberanian untuk tinggal pada pokok anggur tersebut. Siapakah pokok anggur yang dimaksud? Tidak lain dan tidak bukan, yang dimaksud adalah Yesus Kristus sendiri.

Karena itu, Saudara-saudari yang terkasih, untuk menopang kehidupan kita semua, mari membangun relasi yang mendalam dengan sang Sumber Kehidupan. Itulah hal yang paling utama. Jika itu terjadi, apa pun keadaan yang kita hadapi, niscaya kita akan selalu dikuatkan dan pada akhirnya menghasilkan buah.