Yesus adalah Damai Kita

Minggu, 26 Mei 2019 – Hari Minggu Paskah VI

120

Yohanes 14:23-29

Jawab Yesus: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku. Dan sekarang juga Aku mengatakannya kepadamu sebelum hal itu terjadi, supaya kamu percaya, apabila hal itu terjadi.”

***

Sebelum kepergian-Nya, Yesus memberi penghiburan kepada para murid-Nya. Ia mengatakan kepada mereka bahwa Roh Kudus, sang Penolong, tidak hanya akan menyertai mereka dan ada di dalam diri mereka. Lebih dari itu, Roh Kudus juga akan mengajarkan segala sesuatu kepada mereka, serta akan mengingatkan mereka tentang semua yang telah Ia katakan kepada mereka. Yang dikatakan Yesus itu berlaku juga untuk kita semua.

Namun, itu tidak berarti kita semua tidak perlu lagi belajar, serta meluangkan waktu untuk merenungkan dan mendalami sabda Allah. Kita harus terus melakukannya sesuai dengan panggilan masing-masing, sesuai dengan kebutuhan dan kemungkinan yang ada. Yang dimaksudkan oleh Yesus, segala sesuatu yang kita pelajari harus dilihat, dilihat kembali, dan diuji dalam Roh dan sikap doa. Kita masing-masing mempunyai jalan menuju Allah, yang merupakan cahaya, pusat, dan tujuan dari segala sesuatu.

Yang akan menerima Penolong dan mampu melihat cahaya serta kehadiran Allah di dalam segala sesuatu adalah orang-orang yang miskin, orang-orang yang rendah hati, dan orang-orang yang sungguh berseru kepada-Nya. Kalau Yesus dan Bapa tinggal di dalam diri kita, kita akan mengalami damai yang bersumber pada kehadiran Allah.

Yesus bersabda, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.” Damai yang dijanjikan Yesus bukan sekadar keadaan di mana tidak ada lagi perang. Damai yang dimaksud juga bukan sekadar perasaan nyaman di dalam diri karena kita merasa tenang, utuh, dan hening. Damai itu bukan hanya berarti tidak adanya konflik atau pertentangan batin.

Lebih dari semuanya itu, damai tersebut berarti kepercayaan bahwa Yesus bersama dan ada dalam diri kita. Yesus adalah damai kita. Karena itu, damai berarti tinggal dalam diri Putra yang terkasih, dan percaya secara utuh kepada-Nya. Damai yang dimaksud adalah seperti damai seorang anak yang berada dalam pelukan lembut ibunya.

* Diolah dari Jean Vanier, Tenggelam ke Dalam Misteri Yesus (Yogyakarta: Kanisius, 2009).