Pengampunan Mendatangkan Keselamatan

Senin, 17 Juni 2019 – Hari Biasa Pekan XI

135

Matius 5:38-42

“Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam darimu.”

***

Ini sebuah kisah dari Afrika Selatan. Ada seorang ibu yang kehilangan suami dan anaknya karena dibunuh pada masa politik apartheid (sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan). Setelah Nelson Mandela berkuasa dan mengusahakan pengadilan rekonsiliasi, pembunuh suami dan anak ibu itu akhirnya dihadapkan ke pengadilan. Sesuai aturan dalam pengadilan rekonsiliasi, pelaku kejahatan tidak boleh dihukum sebagai upaya membalas dendam, tetapi keluarga korban boleh mengajukan suatu permintaan kepadanya. Ibu tersebut meminta pelaku pembunuhan datang ke rumahnya setiap hari untuk makan siang dan berbincang-bincang dengannya. Mendengar permintaan itu, si pelaku jatuh pingsan. Hukuman itu ia lakukan sampai dirinya meninggal beberapa tahun kemudian.

Pengalaman ibu tersebut menggemakan sabda Yesus pada hari ini, “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” Balas dendam membentuk rantai yang terus-menerus berputar tiada henti. Balas dendam tidak akan habis. Hanya kita sendiri yang dapat memutuskan rantai yang jahat ini.

Memutus rantai balas dendam merupakan hal yang sulit. Namun, itu tidak mustahil untuk diusahakan. Memutus rantai balas dendam akan membawa kebangkitan dalam hidup kita. Kalau ada kasus pembunuhan, keluarga korban sering kali dikuasai oleh kemarahan dan menuntut agar si pelaku dihukum mati. Namun, setelah si pelaku dihukum mati, apakah keluarga korban akan mengalami kegembiraan? Jawabannya ternyata tidak. Mereka tetap menderita karena sudah dikuasai oleh kekuatan negatif balas dendam. Kekuatan jahat tersebut akhirnya menghancurkan hidup mereka.

Hanya pengampunan yang mendatangkan keselamatan. Hanya pengampunan yang mendatangkan kebangkitan dan kehidupan. Itulah yang dialami dan diajarkan oleh Yesus. Harus diakui bahwa ini jalan yang sulit, jalan yang tidak mudah. Namun, harus diakui pula bahwa ini satu-satunya jalan menuju keselamatan dan kehidupan kekal.

Saudara-saudari sekalian, beranikah kita membersihkan hati kita dari keinginan untuk membalas dendam?