Dipanggil Menjadi Pejuang Kebenaran

Jumat, 12 Juli 2019 – Hari Biasa Pekan XIV

381

Matius 10:16-23

“Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.

Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka. Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat. Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.”

***

Menjadi pewarta Injil tidaklah mudah, apalagi pada zaman sekarang di mana kita hidup di dunia yang penuh dengan hiruk-pikuk dosa dan godaan. Dosa dan godaan telah melenyapkan keutamaan-keutamaan kristiani, misalnya kebaikan, ketulusan, dan cinta kasih. Karena itu, Yesus hari ini mengajak para murid untuk berlaku seperti ular dan merpati. Itu artinya kita diminta untuk memiliki cara tersendiri dalam menjalankan tugas pengutusan pada masa sekarang ini.

Salah satu hal yang dibutuhkan: kita harus memiliki pengenalan tentang perkembangan zaman. Jangan menolak untuk menjadi manusia masa kini. Kita harus melakukan itu agar pewartaan Injil dapat tersampaikan dengan baik dan semakin memunculkan kebenaran secara sempurna bagi banyak orang. Dalam permenungan saya, salah satu cara menjadi pewarta Injil adalah dengan mewartakan kebenaran. Kebenaran di sini adalah kebenaran yang tidak bertumpu pada subjektivitas, tetapi lebih mengutamakan kepentingan bersama tanpa merugikan pihak mana pun.

Pada zaman ini, kehadiran suara-suara kebenaran semakin dibutuhkan. Melawan berita-berita palsu, provokatif, dan menyesatkan, kita mesti menggunakan tolok ukur kebenaran sebagai senjatanya. Kita inilah yang harus menyuarakan kebenaran sebagai wujud kesaksian kita, murid-murid Kristus. Jika kita tak acuh, diam, dan tidak mau terlibat dalam tindakan membela kebenaran, itu sama saja kita menyetujui adanya ketidakberesan dalam tata kehidupan.

Kebenaran selalu bermuara pada kesejahteraan bersama. Artinya, ada perjuangan untuk melakukan suatu kebaikan demi banyak orang, tanpa membuat rugi satu pihak pun. Hanya kebenaranlah yang akan menciptakan keindahan. Kendati beragam, kehidupan kita tetap bisa diarahkan menuju pada keindahan, asalkan kita memperjuangkannya dengan gigih. Mari dengan sungguh-sungguh kita melihat dunia di sekitar kita: di bagian manakah kita perlu “masuk” untuk memperjuangkan kebenaran agar tercipta kesejahteraan bersama?